Keajaiban dari 1,11 Dolar

K. Tatik Wardayati

Penulis

Keajaiban dari 1,11 Dolar

Intisari-Online.com – Tess adalah gadis kecil berumur delapan tahun ketika ia mendengar ayah dan ibunya berbicara tentang adiknya, Andrew. Ia tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, yang ia tahu bahwa adiknya sakit keras dan kedua orangtuanya benar-benar kehabisan uang. Mereka pindah rumah ke yang lebih kecil karena ayahnya sudah tidak punya uang untuk tagihan berobat dan membayar rumahnya. Hanya operasi mahal yang dapat menyelamatkan adiknya, namun sepertinya tidak ada yang dapat meminjamkan uang mereka. Ia mendengar ayahnya berkata kepada ibunya dengan putus asa, “Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan Andrew sekarang.”

Tess pergi ke kamar tidurnya dan menarik stoples kaca dari tempat persembunyiannya di dalam lemari. Ia menuangkan semua isi celengannya dan menghitungnya dengan cermat. Ia memasukkannya kembali ke dalam stoples, lalu ia menyelinap keluar dari pintu belakang rumahnya menuju sebuah apotek.

Ia mencoba berbagai cara agar apoteker melihatnya tapi tidak berhasil. Akhirnya ia melempar sebuah koin ke meja kaca. Berhasil.

“Apa yang kau inginkan?” tanya apoteker dengan kesal. “Saya sedang berbicara dengan saudara saya dari Chicago yang belum pernah bertemu,” katanya tanpa menunggu jawaban gadis kecil itu.

“Saya ingin berbicara kepadamu tentang adikku,” jawab Tess dengan lirih. “Dia benar-benar sakit ... dan saya ingin membeli keajaiban.”

“Maaf, apa?” kata apoteker.

“Namanya Andrew, ia memiliki sesuatu yang tumbuh di kepalanya dan Ayah mengatakan hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya sekarang. Jadi berapa harga keajaiban?”

“Kami tidak menjual keajaiban, gadis kecil. Saya minta maaf karena tidak bisa membantu,” kata apoteker, melunak. “Dengar, saya memiliki uang untuk membayarnya. Jika tidak cukup, saya akan mendapatkan sisanya. Katakan saja berapa biaya sebuah keajaiban.”

Saudara apoteker yang berpakaian rapi membungkuk, dan bertanya kepada gadis kecil itu, “Keajaiban jenis apa yang Kau butuhkan untuk saudaramu?”

“Saya tidak tahu,” jawab Tess dengan air mata mengalir. “Yang saya tahu dia sakit parah dan mama mengatakan ia membutuhkan operasi. Tapi Ayah tidak bisa membayarnya, jadi saya ingin menggunakan celengan saya.”

“Berapa banyak yang kau miliki,” tanya orang dari Chicago itu lagi. “Satu dollar dan sebelas sen,” jawab Tess dengan bangga.

“Nah, kebetulan,” pria itu tersenyum. “Satu dollar dan sebelas sen, harga yang tepat untuk sebuah mukzijat kecil untuk saudara kecilmu.” Ia mengambil uang dari tangan Tess, lalu berkata, “Bawa aku ke tempat tinggalmu. Aku ingin melihat adikmu dan bertemu orangtuamu. Mari kita lihat apakah saya memiliki keajaiban yang kau butuhkan.”

Orang itu ternyata Dr. Carlton Amstrong, seorang ahli bedah, yang mengkhususkan diri dalam bedah saraf. Operasi dilakukannya tanpa biaya dan membutuhkan waktu tak lama Andrew kembali ke rumah.

Kata sang ibu, “Keajaiban yang nyata. Aku hanya ingin tahu berapa banyak biayanya ya.”

Tess tersenyum. Dia tahu secara pasti berapa harga keajaiban, satu dollar dan sebelas sen ditambah dengan keyakinan seorang anak kecil. (*)