Intisari-Online.com – Aku pergi bekerja dan kebetulan malam itu baru pulang karena ada pekerjaan tambahan. Saat pulang aku melihat putri kecilku, berusia 11 tahun, sedang sibuk membantu kakaknya membuat bantal kecil. Saat masuk ke rumah, aku terkejut, mendapati dapur berantakan, ruang depan berantakan, sementara kedua anakku duduk santai di depan televisi.
Setelah seharian yang melelahkan di kantor, saya hanya mengucapkan sepatah kata kepada mereka. Namun, ketika melihat kain yang dipakai putriku membuat bantal, meledaklah amarahku. Kain yang dipakai itu adalah kain untuk membuat selimut bayi pesanan, dan sekarang sudah dipotong-potong dipakai oleh anakku. Saya benar-benar marah.
Putri kecilku hanya tertunduk, tidak berusaha membela diri sama sekali, tapi rasa sakit hatinya terlihat jelas di wajahnya. Ia masuk ke kamarnya, dan menghabiskan waktunya di sana sendirian, sebelum akhirnya ia keluar mengucapkan selamat malam dan sekali lagi minta maaf atas kesalahan yang dibuatnya.
Beberapa jam kemudian, ketika aku sedang bersiap-siap untuk pergi tidur, di tempat tidurku ada sebuah bantal dengan hiasan kain yang dipotong dari kain pesanan tadi membentuk sebuah tulisan. I Love Mom. Di samping bantal terdapat sebuah catatan kecil bertuliskan kata meminta maaf lagi, dan alasan putriku mengambil kain.
Sampai hari ini, aku masih menitikkan air mata ketika mengingat bagaimana reaksi saya dan rasa sakit akibat reaksi tersebut. Aku akhirnya dengan rendah hati meminta maaf pada putriku atas tindakan tersebut. Dengan bangga bantal itu pun aku jadikan pajangan di tempat tidurku.
Bantal itu menjadi pengingat bahwa di dunia ini tidak ada yang lebih besar dari cinta seorang anak. (Inspirational Story)