Kisah Pensil dan Penghapus

K. Tatik Wardayati

Penulis

Kisah Pensil dan Penghapus

Intisari-Online.com – “Maafkan aku Penghapus ...,” kata Pensil.

“Maafkan aku??? Untuk apa Pensil? Kamu tidak melakukan kesalahan apa pun kepadaku,” kebingungan Penghapus bertanya.

“Aku minta maaf karena aku telah membuatmu terluka. Setiap kali aku melakukan kesalahan, kamu selalu berada di sana untuk menghapusnya. Namun setiap kali kamu membuat kesalahanku lenyap, kamu kehilangan sebagian dari dirimu. Kamu akan menjadi semakin kecil dan kecil setiap saat,” jelas Pensil.

“Itu memang benar. Namun aku sama sekali tidak merasa keberatan. Kau lihat, aku memang tercipta untuk melakukan hal itu. Diriku tercipta untuk selalu membantu mengoreksimu setiap kamu melakukan kesalahan,” kata Penghapus.

“Walaupun suatu hari, aku tahu bahwa aku akan pergi dan kau akan mengganti diriku dengan yang baru. Aku sungguh bahagia dengan peranku. Jadi tolonglah, kau tak perlu khawatir. Aku tidak suka melihat dirimu bersedih.”

Cerita di atas diibaratkan penghapus adalah orangtua kita, sementara pensil adalah kita sendiri. Orangtua akan selalu ada untuk anak-anaknya, guna memperbaiki kesalahan anak-anaknya.

Namun, seiring berjalannya waktu, orangtua akan terluka dan akan menjadi semakin kecil, maksudnya adalah orangtua akan bertambah tua, sakit-sakitan, dan akhirnya meninggal.

Walaupun anak-anak mereka pada akhirnya akan menemukan seseorang yang baru (suami atau isteri), namun orangtua akan selalu tetap merasa bahagia atas apa yang telah mereka lakukan untuk anak-anaknya dan akan selalu merasa tidak suka bila melihat buah hati tercinta mereka merasa khawatir atau bersedih. (*)