Find Us On Social Media :

Biarkan Permata Itu Pergi

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 20 April 2013 | 12:00 WIB

Biarkan Permata Itu Pergi

Intisari-Online.com – Seorang Rabbi yang sangat religius hidup bahagia bersama keluarganya, seorang wanita yang mengagumkan dan dua anak laki-laki tercinta. Pada suatu kali, ia harus berada jauh dari rumah selama beberapa hari karena pekerjaan. Ketika ia pergi, kecelakaan mobil terjadi hingga menewaskan dua anak laki-lakinya.

Dalam kesendirian, sang Ibu menderita dalam keheningan. Tapi ia ingin menjadi seorang wanita yang kuat karena iman dan kepercayaannya terhadap Tuhan. Ia memang mengalami syok tapi diterimanya dengan martabat dan keberaniannya. Namun, ia terus-menerus khawatir bagaimana ia akan menyampaikan berita sedih ini kepada suaminya. Meskipun suaminya adalah seorang yang beriman, ia sudah pernah dirawat di rumah sakit karena masalah jantung dan istrinya khawatir karena kemungkinan tragedi ini bisa membunuhnya juga.

Pada malam sebelum kedatangan suaminya, ia berdoa sungguh-sungguh agar diberi rahmat jawaban. Pada hari berikutnya, Rabbi itu kembali ke rumah, memeluk istrinya dengan hangat dan meminta anak-anak berkumpul dengan mereka.

Istrinya menyuruh sang suami agar tidak mengkhawatirkan mereka, biarlah sang suami mandi dan istirahat dulu. Beberapa jam kemudian, mereka berdua duduk untuk makan siang.

Sang istri meminta suaminya menceritakan tentang perjalanannya. Suaminya akhirnya bercerita tentang segala sesuatu yang telah dialaminya, berbicara tentang kemurahaan Allah, dan bertanya kembali tentang anak-anaknya lagi.

Istrinya dengan tenang menjawab suaminya, “Biarkan mereka sendiri, kita tidak perlu mengkhawatirkan mereka. Pertama, saya ingin engkau membantu saya memecahkan masalah yang saya anggap serius ini.”

Suaminya, yang mulai khawatir, bertanya, “Apa yang terjadi? Saya melihat kekhawatiranmu! Ceritakan segala sesuatu yang terjadi dan saya yakin kita dapat memecahkan masalah bersama-sama, dengan bantuan Tuhan.”

Istrinya mulai bercerita, “Saat aku pergi, seorang teman mengunjungi saya dan meninggalkan dua permata yang tak terhitung nilainya untuk kita selamatkan. Permata itu sangatlah berharga. Aku belum pernah melihat sesuatu yang begitu menakjubkan! Namun, teman itu datang kembali untuk mengambil permata-permata itu, tapi saya tidak ingin ia mengambil lagi permata itu karena saya suka sekali dengan permata itu. Bagaimana menurutmu, suamiku?”

“Dengarlah, istriku. Aku tidak mengerti maksudmu! Kesombongan telah membelenggumu.”

“Tapi saya belum pernah melihat permata seperti itu! Saya tidak ingin kehilangan permata itu!”

Rabbi itu menjawab, “Tidak ada kehilangan yang dia tidak punya. Mempertahankan permata itu sama saja dengan mencuri! Kita akan mengembalikan permata itu dan saya akan membantumu untuk mendapatkan lebih daripada itu. Kita akan melakukannya bersama-sama, hari ini.”

“Sangat baik, suamiku tersayang, seperti apa yang kau inginkan. Harta itu akan dikembalikan. Sebenarnya, telah dilakukan. Permata berharga itu adalah anak-anak kita. Tuhan mempercayai kita untuk menjaga mereka dan selama perjalananmu, Tuhan mengambil mereka kembali. Mereka telah pergi ....”

Rabbi memeluk istrinya, dan mereka saling bertangisan, tapi ia mengerti maksud pesan istrinya itu. Mulai hari itu mereka bersama-sama mengatasi kedukaan mereka.