Ingat Kebaikan, Lupakan Kesalahan

Agus Surono

Penulis

Ingat Kebaikan, Lupakan Kesalahan

Intisari-Online.com - Sehabis bertengkar dengan istrinya, Daniel selalu teringat dengan Ayah dan Ibunya. Mereka sudah lebih dari 30 tahun dan hampir tak pernah Daniel melihat mereka bertengkar. Bagi Daniel, perkawinan Ayah dan Ibunya menjadi teladan baginya.

Suatu ketika Daniel berkunjung ke rumah Ayahnya. Ia menuturkan keluhan soal rumah tangganya dengan sang Ayah. Ayahnya mendengarkan, kemudian masuk ke kamarnya. Ia lalu keluar dengan mengusung buku-buku dan ditumpuknya di depan Daniel.

Sebagian buku sudah kuning, menandakan sudah disimpan dalam jangka waktu lama. Dengan penuh rasa ingin tahu, Daniel mengambil satu buku itu. Ia masih hafal dengan tulisan Ayahnya. Agak miring dan aneh. Ada yang jelas, ada yang semrawut. Bahkan ada yang tulisannya tembus ke beberapa halaman di belakangnya.

Daniel membaca halaman demi halaman buku itu. Semuanya merupakan catatan hal-hal sepele. Misalnya saja, “Suhu udara berubah jadi dingin, ia mulai merajut baju wol untukku. Anak-anak berisik, untung ada dia.”

Satu buku itu rasanya berisi catatan kebaikan dan cinta Ibu kepada Ayah, cinta ibu kepada anak-anak, dan keluarga. Tanpa terasa air mata berlinang membasahi pelupuk mata Daniel. Ia mengangkat kepala, dan dengan haru berujar, "Ayah, saya sangat kagum pada Ayah dan Ibu.”

"Tidak perlu kagum Nak. Kamu juga bisa kok," sang Ayah membesarkan hati Daniel. "Menjadi suami istri selama puluhan tahun tidaklah mungkin tanpa pertengkaran. Ibumu kalau kesal juga suka cari gara-gara, melampiaskan kemarahannya, dan mengomel. Dalam buku itu aku tuliskan yang telah ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Seringkali hatiku penuh amarah waktu menulis, kertasnya sampai sobek, tembus oleh pena. Tapi aku terus menulis semua kebaikannya. Aku renungkan, akhirnya emosi itu lenyap. Yang tinggal semuanya kebaikan ibumu.”

Daniel mendengarkan, lalu bertanya, “Apakah ibu pernah melihat catatan ini, Ayah?”

Ayah tertawa dan berkata, “Ibumu juga memiliki buku. Bukunya berisi kebaikan diriku. Sering kami saling bertukar buku dan saling menertawakan. Ha ... ha ... ha ...”

Tiba-tiba Daniel sadar akan rahasia pernikahan kedua orangtuanya. "Mencintai itu sangat sederhana. Ingat dan catat kebaikan pasangan. Lupakan dan maafkan segala kesalahannya."