Penulis
Intisari-Online.com – Pada bulan-bulan yang gersang, sulit bagi gagak untuk menemukan makanan. Dengan perut yang sangat lapar, seekor gagak nekat mengambil sepotong roti yang tersisa di dapur manusia.
Gagak tersebut menggigit erat roti lalu terbang tinggi sebelum dilempari batu karena telah mencuri. Gagak itu berhenti di sebuah dahan pohon dan bermaksud menikmati roti tersebut di sana.
Tanpa diketahui oleh gagak, ada seekor rubah yang melihat roti yang belum dimakan oleh sang gagak. Rubah tersebut juga kelaparan dan merancang ide licik untuk mengambil roti tersebut.
"Hai, gagak.." ujar rubah bermanis-manis kata. "Apa yang bisa aku berikan padamu agar kau mau memberikan roti tersebut padaku?"
Sang gagak mulai merasa ada yang aneh, dia berpikir kalau sang rubah pasti hendak mengambil roti miliknya. Gagak menggigit rotinya lebih erat. Rubah licik tak kehabisan akal, "Hai sobat, apa kabar?" Gagak tetap diam karena sedang menggigit rotinya.
"Aku dengar.. gagak adalah burung yang sangat menawan, dan baik hati," ujar rubah dengan nada yang bersahabat dan meyakinkan. "Aku juga sering mendengar bahwa gagak memiliki suara yang merdu dibandingkan burung-burung yang lain. Aku ingin sekali mendengar nyanyian merdumu, sobat!"
Sang gagak merasa tersanjung dengan pujian tersebut. Dia berpikir bahwa rubah ternyata memiliki kemampuan untuk melihat kecantikan yang sesungguhnya saat banyak yang menghina suara para gagak. Tanpa pikir panjang, gagak membuka paruhnya dan mulai bernyanyi. Roti yang digigit erat jatuh dan dengan sigap rubah menangkap roti kemudian kabur. Sang gagak akhirnya menyadari kesalahannya dengan memercayai kata-kata rubah. Mulai saat itu dia mendapat pelajaran bahwa terlalu cepat tersanjung adalah hal yang harus diwaspadai.