Penulis
Intisari-Online.com – Ini kisah dua teman masa kecil yang melewati masa sekolah dan perguruan tinggi, bahkan bergabung dengan pasukan tentara, bersama-sama. Perang pecah dan mereka bertempur di unit yang sama. Suatu malam mereka disergap. Peluru berdesingan, serasa terbang dan keluar dari kegelapan malam.
Saat itu terdengar suara, “Harry, datanglah, dan bantu saya.” Harry langung mengenali suara teman masa kecilnya, Bill. Harry meminta izin kapten untuk bisa pergi mencari temannya. Kapten berkata, “Tidak, aku tidak bisa membiarkanmu pergi. Pasukan saya sudah berkurang dan saya tidak mau kehilangan satu orang lagi. Selain itu, mendengar suaranya rasanya dia tidak akan berhasil hidup.” Harry diam. Sekali lagi ia mendengar suara itu, “Harry, datanglah, dan bantu saya.”
Harry duduk diam karena Kapten menolak mengizinkannya pergi. Lagi dan lagi ia mendengar suara itu. Harry tidak bisa menahan diri lagi dan mengatakan kepada kapten. “Kapten, ini adalah teman masa kecil saya. Saya harus pergi dan membantunya.”
Kapten enggan membiarkan Harry pergi. Akhirnya Harry merangkak menembus kegelapan dan menyeret Bill kembali ke parit. Mereka menemukan Bill sudah mati. Sekarang Kapten marah dan berteriak pada Harry, “Bukankah aku sudah bilang dia tidak akan berhasil? Dia sudah mati, dan kau bisa saja terbunuh dan saya bisa kehilangan pasukan lagi. Itu adalah sebuah kesalahan.”
Harry menjawab, “Kapten, aku melakukan hal yang benar. Ketika aku mencapai Bill, dia masih hidup dan kata-kata terakhirnya adalah ‘Harry, aku tahu kau akan datang’”.
Hubungan yang baik sulit ditemukan dan sekali dikembangkan harus dipelihara. Kita sering mengatakan, tinggalkan impianmu. Tapi kita tidak bisa hidup dalam impian kita dengan mengorbankan orang lain. Orang yang melakukan itu tidaklah bermoral. Kita perlu melakukan pengorbanan pribadi bagi keluarga kita, teman-teman, dan mereka yang kita sayangi dan yang tergantung pada kita. (*)