Find Us On Social Media :

Pendidikan Tinggi, Belum Berarti Cerdas

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 7 Juli 2013 | 10:00 WIB

Pendidikan Tinggi, Belum Berarti Cerdas

Intisari-Online.com – Ada sebuah kisah tentang seorang pria yang menjual hot dog di pinggir jalan. Ia buta huruf, sehingga tidak pernah membaca surat kabar. Ia tuli, sehingga ia tidak pernah mendengarkan radio. Matanya lemah, sehingga ia tidak pernah menonton televisi.Tapi dengan antusias, ia menjual banyak hot dog. Penjualan dan keuntungannya naik. Ia membeli lebih banyak daging dan membuat dirinya sendiri lebih besar dengan membeli kompor yang lebih baik.

Karena usahanya semakin besar, anaknya yang baru saja lulus dari perguruan tinggi, bergabung dengan ayahnya. Kemudian sesuatu yang aneh terjadi. Si anak bertanya, “Ayah, apakah kau tidak menyadari akan adanya resesi besar yang datang?”

Sang ayah menjawab, “Tidak, tapi katakan padaku tentang hal itu.” 

Pria itu berpikir karena anaknya telah kuliah, membaca koran, dan mendengarkan radio, ia harus tahu dan nasihatnya tidak boleh dianggap enteng. Jadi, hari berikutnya, sang ayah menurunkan pembelian untuk daging dan roti, menurunkan tanda gerobak jualannya, dan tidak lagi antusias berjualan.

Segera saja, semakin sedikit orang yang berhenti di pinggir jalan untuk membeli hot dognya. Dan penjualannya mulai turun dengan cepat. Sang ayah berkata kepada anaknya, “Nak, kau benar. Kita berada di tengah-tengah resesi. Saya senang Kau memperingatkan saya sebelumnya.”

Moral dari cerita ini adalah seseorang mungkin memiliki kecerdasan tinggi tetapi penilaian buruk. Karenanya pilihlah nasihat yang diberikan orang kepada kita dengan hati-hati dan gunakan penilaian kita sendiri.

Seseorang dapat dan akan sukses dengan atau tanpa pendidikan formal jika mereka memiliki 5 K: karakter, komitmen, keyakinan, kesopanan, dan keberanian. (*)