Penulis
Intisari-Online.com - Ada seorang petani di Afrika yang selalu bahagia dan puas. Ia senang karena segalanya sudah ia miliki. Ia puas karena ia senang. Suatu hari seorang bijak datang kepadanya dan menceritakan tentang kemuliaan berlian dan kekuatan yang ada padanya. Orang bijak itu mengatakan, “Jika Kau memiliki berlian seukuran ibu jari, maka Kau akan memiliki kotamu. Jika Engkau memiliki berlian sebesar kepalan tangan, bisa jadi negara pun akan kau miliki.” Kemudian orang bijak itu pun pergi.
Malam itu sang petani tidak bisa tidur. Ia tidak bahagia dan ia tidak puas. Ia sedih karena ketidakpuasannya, ketidakpuasan karena ia tidak senang. Keesokan harinya ia membuat persiapan untuk menjual ladangnya, memberitahu keluarganya dan pergi mencari berlian.
Ia telah berkeliling ke berbagai tempat namun tidak satupun berlian ia temukan. Tenaganya baik secara emosional, fisik dan finansial pun terkuras. Sampai akhirnya ia kecewa dan bunuh diri menceburkan ke laut.
Di ladang yang telah dijualnya, orang yang telah membeli ladangnya sedang menyiram unta di sebuah sungai yang mengalir melalui pertanian. Di seberang sungai, sinar matahari pagi menghantam batu dan membuatnya berkilau seperti pelangi. Ia mengambil batu itu dan meletakkannya di ruang tamu.
Sore itu orang bijak datang dan melihat batu berkilau itu. Ia bertanya, “Apakah petani itu kembali?” Pemilik ladang baru itu mengatakan, “Tidak, mengapa kau bertanya?” Orang bijak itu menjawab, “Karena itu adalah berlian. Aku mengatakannya karena aku pernah melihatnya.” Pemilik ladang itu berkata, “Tidak, itu hanya batu yang aku ambil dari sungai. Ayolah, aku tunjukkan. Masih banyak lagi di sungai.”
Mereka pergi dan mengambil beberapa batu untuk dikirimkan dan dianalisis. Benar saja, batu-batu itu adalah berlian. Mereka menemukan bahwa di bawah pertanian tersebut terdapat berhektar-hektar batu berlian.
Moral dari cerita ini bahwa peluang selalu ada di dekat kita. Kita tidak perlu pergi ke manapun, asalkan kita mengenalinya. Terkadang rumput tetangga kita pandang lebih bijau. Sementara kita menikmati rumput tetangga, ada orang lain yang menikmati rumput di tempat kita. Mereka dengan senang hati bertukar tempat dengan kita. Kenalilah kesempatan yang ada di sekitar kita. (*)