Guratan Cinta

K. Tatik Wardayati

Penulis

Guratan Cinta

Intisari-Online.com – Beberapa tahun yang lalu pada suatu musim panas, di selatan Florida seorang anak kecil memutuskan untuk pergi berenang di kolam tua di belakang rumahnya. Karena terburu-buru ingin menyelam di air dingin, ia belari keluar dari pintu belakang, meninggalkan sepatu, kaus kaki, dan kemejanya saat pergi.

Anak itu langsung terjun ke dalam air, semakin lama ia tidak menyadari kalau ia menuju ke tengah danau, dimana buaya sedang berenang menuju danau itu. Ibunya yang berada di rumah saat itu melihat ke luar jendela. Saat itu ia melihat buaya semakin mendekati anaknya. Dalam ketakutan, ia berlari ke arah air, berteriak kepada anaknya sekeras yang ia bisa. Mendengar suara ibunya, anak kecil itu khawatir dan lalu berbalik arah berenang ke arah ibunya. Sayang, terlambat. Sesampainya ia ke ibunya, buaya itu pun sampai kepadanya. Dari dermaga, ibu itu menarik lengan anak laki-lakinya dengan kuat, sementara buaya itu menyambar kaki anak kecil itu. Mulai terjadi tarik-menarik di antara keduanya. Tentu saja,buaya itu lebih kuat dari sang ibu, namun ibu itu tidak mau melepaskan anaknya. Saat itu seorang petani lewat, mendengar jeritan keduanya, ia berlari keluar dari truknya, dan menembak buaya itu.

Hebatnya, setelah berminggu-minggu di rumah sakit, anak kecil itu pun selamat. Kakinya terluka oleh serangan ganas binatang buas itu. Dan di lengannya, goresan kuku ibunya terlihat sangat jelas, dalam upaya mempertahankan anak yang dicintainya.

Seorang reporter yang mewawancarai anak itu bertanya apakah ia akan menunjukkan bekas lukanya. Anak itu mengangkat celananya. Namun kemudian, dengan bangga ia berkata kepada reporter itu, “Tapi lihat lenganku. Aku memliki bekas luka besar di lenganku juga. Aku punya luka ini karena ibuku tidak akan melepaskanku.”

Kita juga memiliki bekas “luka”. Bukan dari buaya, tapi luka masa lalu yang menyakitkan. Beberapa dari bekas luka itu tak sedap dipandang mata bahkan telah menyebabkan penyesalan yang mendalam. Namun, beberapa luka muncul karena Tuhan tidak membiarkan pergi. Di tengah perjuangan kita, Dia sudah memegang kita.

Tuhan masih melindungi kita dengan berbagai cara-Nya. Tapi terkadang kita terlalu berpikir praktis untuk menyeberang ke dalam situasi berbahaya, tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian. Hidup penuh dengan bahaya, dan kita lupa bahwa musuh sedang menunggu untuk menyerang. Saat itulah terjadi tarik-menarik, dan kita memiliki bekas luka dari kasih-Nya karena Dia memegang kita. Ia tidak akan pernah melepaskan kita.

Jangan menilai bekas “luka” orang lain, karena kita tidak tahu bagaimana itu terjadi. (*)