Setidaknya Mencoba

K. Tatik Wardayati

Penulis

Setidaknya Mencoba

Intisari-Online.com – Pada bulan Juni 1985, dua pendaki gunung dari Inggris, Joe Simpson dan Simon Yates mendaki pertama kalinya dari dinding barat di ketinggian 21.000 kaki (6 km) di atas permukaan laut tertutup salju di gunung Siula Grande, Peru. Serangan yang sangat sulit, namun tidak ada bandingannya dengan apa yang akan terjadi kemudian.

Pada awal turun, Simpson jatuh dan lutut kanannya hancur. Yates bisa saja meninggalkannya tapi ia berhasil menemukan cara untuk menurunkan Simpson turun gunung dalam serangkaian perjalanan turun yang sulit. Ia dibutakan dinginnya salju untuk menyelamatkan temannya. Kamudian Simpson jatuh ke dalam jurang dan Yates akhirnya tidak punya pilihan selain memotong tali, benar-benar yakin bahwa temannya sudah meninggal sekarang.

Dalam buku tentang pendakiannya yang berjudul Touching The Void, Joe Simpson menulis, “Saat aku menatap batu glasier itu, aku tahu bahwa aku setidaknya harus mencoba. Aku mungkin akan mati di luar sana di tengah-tengah batu. Pikiran itu tidak ada di kepala saya. Rasanya wajar. Bagaimana hal itu terjadi. Jika aku mati, itu tidak begitu mengejutkan, tapi aku tidak hanya menunggu itu terjadi.Kengerian untuk mati tidak lagi mempengaruhi saya seperti yang terjadi sebelumnya. Sekarang saya memiliki kesempatan untuk menghadapinya dan berjuang melawan itu. Bukan hanya teror kegelapan, tapi patah kaki dan jari saya yang beku, saya tidak takut lagi hal-hal seperti itu. Kakiku terasa sakit saat aku terjatuh dan ketika saya tidak bisa bangun, maka aku akan mati.”

Kelangsungan hidup Yates sendiri adalah luar biasa. Simpson sendiri, entah bagaimana menemukan cara memanjat keluar dari jurang setelah 12 jam dan kemudian benar-benar merangkat dan menyeret dirinya 10 km kembali ke kamp, selama tiga hari tiga malam tanpa makanan atau minuman. Mengalahkan batu glasier dan proses ketoasidosis (komplikasi akibat naiknya gula darah yang sangat tinggi), akan menjadi bukti fisik heroik yang ia lakukan. Meski akhirnya ia menjalani operasi, dua tahun kemudian, ia kembali mendaki gunung.

Semua ia lakukan, karena ia mencoba melawan segala rintangan. (*)