Penulis
Intisari-Online.com – Pagi ini di suatu kelas, seorang guru mengajak murid-muridnya berolahraga sambil melakukan sebuah permainan. Ia mengajak muridnya untuk berdiri, menghadap jauh dari teman sekelasnya, lalu menjatuhkan diri ke belakang. Mereka diharapkan mengandalkan teman-temannya untuk menangkap teman yang jatuh tersebut.
Sebagian besar murid merasa tidak nyaman melakukannya, karena mereka tidak yakin adakah teman yang akan menangkap mereka sebelum jatuh. Setiap kali mencoba, mereka tidak yakin untuk menjatuhkan diri. Akhirnya sambil tersipu-sipu kebanyakan murid tidak berani mencoba lagi.
Hingga, satu siswa, gadis berambut gelap tipis yang selalu memakai sweater putih besar, dengan tenang maju. Lalu ia menyilangkan lengannya di depan dada, menutup matanya, berdiri tegak, dan tidak gentar melakukannya. Untuk sesaat, ia menjatuhkan diri. Pada detik terakhir, temannya langsung meraih kepada dan bahunya.
“Waaa...!” beberapa siswa berteriak. Beberapa siswa bertepuk tangan. Sang guru akhirnya tersenyum, “Kalian lihat,” katanya pada gadis itu. “Ia menutup mata. Itu perbedaannya. Kadang-kadang kita tidak percaya apa yang kita lihat. Kita harus percaya pada feeling kita. Pada apa yang kita rasakan. Jika kita memiliki orang yang percaya pada kita, maka kita harus percaya padanya juga. Bahkan ketika kita berada dalam gelap. Bahkan ketika kita sedang jatuh.”