Bagai Air di Padang Gersang

K. Tatik Wardayati

Penulis

Bagai Air di Padang Gersang

Intisari-Online.com – Ada satu ekor anjing yang selalu tidak pernah puas dengan jatah makanannya dan selalu merebut milik yang lain. Ia juga tak mau makan bersama dengan yang lainnya serta selalu marah dan menyakiti yang lain. Apakah ini sekadar karakter?

Binatang itu tak berakal budi dan berhati nurani sehingga tidak memiliki perangkat untuk memperbaiki tingkah lakunya dari dalam dirinya. Namun, mereka masih bisa dibantu, masih bisa dilatih, dibiasakan dengan perilaku baru, dan memang sungguh bisa berubah.

Dengan segenap kemampuan rasional dan kemampuan reflektif, kita akan mengakui bahwa kondisi tidak pernah merasa puas itulah yang sering menyebabkan aneka persoalan, konflik, bahkan peperangan dalam hidup. Rasa itu menciptakan padang gersang dan tandus yang apabila mendapat guyuran air sejuk sekali pun tampak tiada berbekas.

Rasa itu selalu menciptakan ruang kosong yang menganga dan akan selalu merasa diri kurang. Satu ketidakpuasan sering menarik ketidakpuasan lainnya. Akibatnya, area ketidakpuasan semakin melebar dan menganga.

Selama orang tidak pernah bisa mengatakan cukup selama itu juga ia sedang melebarkan padang gurun dalam hatinya.

Apabila kita diperkenankan oleh-Nya dan memperoleh hal yang lebih dalam hidup ini. Itu berarti kepada kita dipercayakan sebuah mandat dari-Nya untuk menjadikan hidup ini berkat dan sukacita yang membahagiakan bukan hanya diri kita tapi juga sebanyak mungkin orang. (Pelangi Kehidupan)