Penulis
Intisari-Online.com – Seorang raja yang sudah sepuh memakai cara unik untuk mencari calon penggantinya. Suatu hari pemuda dari seluruh pelosok negeri dikumpulkan di balai pertemuan istana, termasuk Joni. Ketika memasuki gerbang istana, masing-masing diberi sebutir benih tanaman.
“Anak-anakku sekalian, aku akan memilih penggantiku dari antara kalian. Benih yang sudah kalian terima akan menentukan masa depan kalian. Sekarang pulanglah, semaikanlah benih tersebut. Tahun depan, kembalilah ke sini dan tunjukkan hasilnya.”
Joni bergegas pulang. Benih tersebut disemaikan dalam sebuah pot. Setiap hari ia rajin menyiram dan memberi pupuk. Hari demi hari berlalu. Bulan demi bulan lewat sudah. Namun benih tersebut tak kunjung bersemi. Keadaan ini membuat Joni frustasi, sementara tenggat waktu setahun sudah habis.Kalau tidak dibujuk oleh ibunya, ia nyaris tak mau kembali ke istana, “Nak, kau tidak perlu malu. Kamu sudah melakukan apa yang diperintahkan kepadamu. Laporkan kepada raja dan bilang secara jujur hasilnya.”
Kekhawatiran Joni benar terjadi. Ketika sampai istana, ia kaget melihat begitu banyak tumbuhan hasil persemaian teman-temannya. Joni minder dan sedih. Raja berkeliling memeriksa satu demi satu tanaman yang dibawa para pemuda. “Hei, kamu yang sembunyi di belakang, kemarilah.” Sambil menenteng pot kosong, Joni maju ke depan diiringi cemooh pemuda-pemuda lain.
Tak dinyana Sang Raja membungkuk memberi hormat kepada Joni seraya berkata, “Setahun yang lalu saya memberi kalian masing-masing sebutir benih kering yang sama sekali takkan bisa tumbuh. Kini berbagai jenis tanaman berkumpul di sini. Di antara kalian hanya Joni satu-satunya yang dengan jujur berani membawa potnya yang kosong dan siap menerima cemooh dan celaan. Integritas semacam inilah yang menunjukkan kemuliaan hati seseorang. Dialah yang terpilih jadi raja baru!” (Intisari, Juli 2003)