Penulis
Intisari-Online.com – Ada 2 buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yg subur. Bibit yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakan akarku dalam-dalam di tanah ini dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku.” Dan bibit itu pun tumbuh, makin menjulang. Bibit yg kedua bergumam, “Aku takut… Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu apa yg akan kutemui di bawah sana. Bukankah di sana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku itu pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.” Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian. Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi dan mencaploknya segera. Memang selalu aja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, sering kali kita berada dalam sikap pesimis, kengerian, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita sering terbuai dengan alasan-alasan untuk tidak mau melangkah dan tidak mau menatap hidup. Karena Hidup adalah Pilihan, maka Pilihlah dengan Bijak. (YDA)