Intisari-Online.com – Seorang pria kaya memiliki empat orang anak laki-laki. Saat ia semakin tua, ia memutuskan untuk memberikan harganya kepada anak yang akan menghargai kekayaan yang ia dapatkan.Ia memanggil keempat anaknya dan memberikan mereka masing-masing lima butir biji-bijian. Ia mengatakan kepada mereka bahwa ia akan meminta biji-bijian ini pada akhir tahun kelima. Lalu ia akan memberikan harganya kepada anak yang paling menghargai biji-bijian yang ia berikan.
Anak pertama membuang biji-bijian itu. Ia memutuskan untuk menunjukkan kepada ayahnya beberapa biji-bijian lain setelah 5 tahun nanti. Ia berpikir ayahnya tidak akan mampu melihat perbedaan di antara dua kelompok biji-bijian itu.
Anak kedua memakan biji-bijian itu. Ia juga memutuskan untuk menunjukkan kepada ayahnya biji-bijian lain ketika ayahnya meminta menunjukkannya 5 tahun kemudian. Ia berpikir ayahnya tidak akan mampu melihat perbedaan biji-bjian itu nanti.
Anak ketiga menyimpan biji-bijian itu ke dalam kotak perak dan menjaga kotak perak tersebut di rumahnya. Ia mendaraskan doa-doa ke dalam kotak itu agar Tuhan memberinya keajaiban setelah 5 tahun.
Anak keempat menabur biji-bijian itu dan memupuknya di halaman belakang rumahnya. Biji-bijian itu tumbuh subur menjadi tanaman selama musim panen. Ia terus menerus menabur biji-bijian itu. Pada akhirnya, ia memiliki sebidang tanah luas yang ditanami dengan padi dan tanaman lain.
Tentu saja, pada akhir tahun kelima, sang ayah memberikan hartanya kepada anak keempatnya, karena ia yang paling layak di antara empat anak-anaknya.
Bila kita memiliki sesuatu yang kecil di tangan kita, lihatlah kesempatan untuk tumbuh besar dari sesuatu yang kecil itu.