Find Us On Social Media :

Catur Seribu Warna

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 17 Desember 2013 | 21:30 WIB

Catur Seribu Warna

Intisari-Online.com – Brian Bristles adalah seorang anak laki-laki yang menggemari seni. Ia memandang sesuatu seolah-olah sebagai lukisan yang indah, dan dalam sekejap mata, ia bisa melukis apa saja, mengisinya dengan imajinasi dan warna.

Suatu hari, Brian dan kakeknya pergi menghabiskan akhir pekan di Istana Marquis of Castling. Marquis adalah seorang teman lama kakek Brian, ia adalah seorang pemain catur yang sangat terkenal. Ketika mereka tiba, Brian masuk ke sebuah ruangan besar dan menemukan satu set permainan catur yang indah, diukir dengan tangan, dan menggunakan meja marmer. Permainan catur ini tertangkap mata artistik Brian. Namun, ia merasa bidak-bidak catur itu terlalu seragam. Berwarna hitam dan putih sama dengan papannya.

Jadi, malam itu, dengan kotak cat di tangannya, ia berjingkat-jingkat dari kamarnya ke ruang catur. Ia menghabiskan malam itu dengan melukis bidak catur masing-masing bagian dengan beragam warna. Lalu ia melukis pemandangan yang indah pada papan catur marmer. Brian berharap untuk menggunakan seninya untuk mengejutkan kakeknya dan Marquis.

Keesokan harinya, ketika Marquis menemukan caturnya telah berubah seribu warna, bukannya senang, dia sangat marah. Padahal sore itu ada pertandingan yang sangat penting. Dengan semua warna yang indah itu, tentunya tidak mungkin bermain catur tanpa bisa tahu mana bagian yang mana, bahkan lebih sulit sekarang karena kotak papan ditutupi dengan lukisan.

Kakek Brian menjelaskan pada Brian, meski indah, warna-warni pun punya beberapa rasa. Anak itu merasa sangat terluka, karena lukisannya membuat orang-orang kesal. Tapi Brian Bristles adalah seniman sejati yang tidak akan menyerah dengan mudah.

Beberapa saat kemudian ia menemui kakeknya dan Marquis, ia meminta izin mereka untuk memperbaiki apa yang telah dilakukannya terhadap alat permainan caur itu. Mengetahui bagaimana cerdiknya anak artistik itu, mereka memutuskan untuk memberinya kesempatan. Brian pun pergi dan menghabiskan berjam-jam sendirian dengan catnya. Ketika ia selesai, sesaat sebelum pertandingan dimulai, ia memanggil dua orang laki-laki tua itu dan menunjukkan karyanya.

Catur itu indah sekarang!

Sekarang ada dua tim yang bisa dikenali, malam dan siang. Di satu sisi, papan dan bidaknya dihiasi dengan puluhan bintang dan bulan dari semua ukuran dan warna. Di sisi lain didekorasi dengan matahari, awan, dan pelangi. Itu dilakukan dengan baik sehingga seluruh set permainan atur itu memiliki ketertiban dan harmoni.

Brian mengerti, kini ia berhasil memberikan catur itu lebih artistik tanpa memberikan warna apapun. Kedua orang dewasa itu memandang lukisannya dan tersenyum. Jelas sekali Brian Bristles akan menjadi seniman besar.

Apapun tidak akan menghalangi imajinasi asalkan pada tempatnya. (*)