Wayang Potehi yang Sempat Mati Suri

Novani Nugrahani

Penulis

Wayang Potehi yang Sempat Mati Suri

Intisari-Online.com - Hari itu, ada keramaian di halaman depan Klenteng Dhanagun, Bogor. Thio Tiong Ghie, seorang dalang wayang potehi yang telah berusia 76 tahun, tersenyum menyambut penonton yang mulai menyemut di halaman klenteng. Siang itu, sang dalang tampil menunjukkan kebolehannya, memainkan wayang asal Negeri Cina yang telah lebih dari 500 tahun masuk ke Indonesia.

Seperti apakah wayang potehi itu? Wayang berbentuk boneka mirip Si Unyil ini tampil dengan busana dan karakter khas Cina yang sangat kuat. Pakaian ala kaisar Cina, mata sipit, rambut panjang yang dikucir serta panggung yang penuh ornamen khas tanah Tiongkok.

Panggung wayang potehi pun berbentuk kotak berukuran sekitar 3 x 5 meter, mirip dengan panggung boneka. Panggung mungil itu disesaki tiga orang musisi, seorang dalang dan seorang asisten dalang. Tidak hanya itu, di dalam panggung mungil itu juga terdapat 30 karakter boneka. Ada juga lima jenis alat musik, yakni gembreng besar (toa lo), rebab (hian na), suling (bien siauw), gembreng kecil (siauw lo), gendang (tong ko), dan slompret (thua jwee).

Tak seperti pertunjukan wayang kulit Jawa yang berdurasi semalam suntuk, pertunjukan wayang potehi hanya berdurasi 2 X 120 menit dan biasanya dibawakan pada sore hari hingga malam. Pertunjukkan wayang potehi juga biasanya dibawakan menggunakan bahasa Mandarin. Mungkin karena budaya Tionghoa yang terlalu kental menempel pada wayang potehi inilah maka pertunjukan potehi sempat dibungkam semasa pemerintahan Orde Baru.

Kini di era reformasi, kesenian ini perlahan mulai menggeliat lagi. Saat layar dibuka, sosok boneka berparas Cina muncul sambil memperagakan keahlian kungfu diiringi musik bernuansa Mandarin. Dalang Thio Tiong Ghie mulai beraksi di balik panggung, siap menghibur penonton yang telah lama merindukan kesenian yang sempat mati suri ini.