Find Us On Social Media :

Wisma Tamu, Alternatif Tempat Menginap di Kota Kembang

By Rusman Nurjaman, Jumat, 28 Desember 2012 | 10:00 WIB

Wisma Tamu, Alternatif Tempat Menginap di Kota Kembang

Intisari-Online.com - Masa liburan akhir tahun telah tiba. Beberapa kota di daerah menjadi tujuan para pelancong. Salah satunya adalah kota Bandung. Ibu kota Provinsi Jawa Barat yang terletak di dataran tinggi Parahyangan itu masihlah menjadi tempat idaman untuk berlibur. Terutama bagi para pelancong dari ibu kota, yang jarak tempuhnya cuma tiga jam saja.

Gayung bersambut, kini di kota kembang tersedia banyak pilihan untuk menginap. Bagi yang merasa bosan menginap di hotel, bisa memilih wisma tamu (guest house) yang kini banyak bermunculan di Bandung. Tak sedikit di antaranya adalah milik warga setempat yang disewakan kepada para pelancong. Kendati begitu, tempat penginapan ini dikelola secara profesional yang beriorientasi pada pelayanan pengunjung. Fasilitasnya hampir mirip hotel. Tapi tarifnya masih lebih murah. Dibanding hotel, menginap di wisma tamu ini memang memberi kesan yang berbeda. Selain lebih fleksibel, juga suasananya terasa seperti di rumah sendiri (homey). Bisa juga disewa untuk lamaran dan acara-acara keluarga lain.

Di Jalan Wira Angun-angun No. 15, misalnya, terdapat Bumina Nie Nie. Tarif sewa di wisma milik Ibu Dewi Farida ini berkisar antara Rp250 ribu - Rp750 ribu, tergantung kelasnya. Menurut dia, tingkat okupansi wisma-wisma tamu ini cukup tinggi. Jika akhir pekan tiba, pasti wisma ini sudah ada yang memesan. Peminatnya biasanya para wistawan asing dari Malaysia, Belanda, atau wisatawan domestik dari Jakarta.

Rumah-rumah lain yang disewakan sebagai wisma tamu di kawasan ini adalah Wisma Tamara di Jalan Wira Angun-angun No. 46. Selain itu ada My Guest House Family di Jalan Maulana Yusuf dan Wisma Rangga Gempol di Jalan Rangga Gempol. Semua tempat penginapan ini berada tidak begitu jauh dari pusat Gedung Sate dan pusat perbelanjaan. Di kawasan lain, yang cukup terkenal adalah Guest House Purnawarman 40 di Jalan Purnawarman dan Wisma Selaras di kawasan Cibeunying. Kemunculan wisma-wisma tamu itu menandai tren terkini bisnis penginapan di kota kembang. Menurut Ibu Farida, kecenderungan ini menjawab kebosanan orang menginap di hotel yang suasananya begitu-begitu saja.

Namun demikian, jumlah hotel di Bandung pun terus bertambah dari tahun ke tahun. Hebatnya lagi mereka selalu ramai dipadati pengunjung. Menurut Denny Zulkaidi, pengamat tata kota Bandung, dengan jumlah wisatawan yang terus meningkat, saat ini masih diperlukan 2.000 kamar lagi.

Pertumbuhan penginapan ini boleh jadi salah satu hal yang paling kentara menandai perubahan wajah kota Bandung. Terutama dalam rentang 5-7 tahun belakangan. Tepatnya setelah dibangunnya Jalan Tol Cipularang yang langsung menghubungkan arus masuk kendaraan dari luar ke pusat kota. Statistik dalam Bandung dalam Angka Tahun 2012 dan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung menunjukkan adanya pertumbuhan jumlah hotel, penginapan, dan restoran yang signifikan. Jumlah hotel dan penginapan berjumlah 327 buah dengan 14.724 kamar. Padahal tahun 2005, jumlah hotel hanya 225 buah dengan 7.870 kamar saja.

Peningkatan ini berbanding lurus dengan peningkatan jumlah wisatawan. Tahun 2005 tercatat 1.928.250 wisatawan bertandang ke Bandung. Termasuk di antaranya 91.350 turis asing. Tahun 2011 jumlah wisatawan meningkat dua kali lipat lebih. Jumlahnya mencapai 4.070.072  dengan 194.062 di antaranya turis asing.

Jelas, hal ini berdampak pula pada peningkatan kontribusi pajak perhotelan. Realisasi pajak hotel selalu yang tertinggi, melebihi target. Tahun 2005, kontribusinya memang hanya tercatat Rp65,6 miliar. Tahun 2011 , kontribusi pajak hotel mencapai Rp112 miliar dengan tingkat realisasi 113 %. Ini belum ditambah kontribusi pajak dan tempat-tempat hiburan yang totalnya mencapai Rp114 miliar lebih. Tentu saja angka-angka fantastik itu pada gilirannya memberi kontribusi nyata pula bagi perekonomian dan peluang kerja warga Bandung sendiri.