Merenda Sejarah Nusantara di Museum Sonobudoyo

Rusman Nurjaman

Penulis

Merenda Sejarah Nusantara di Museum Sonobudoyo

Intisari-Online.com - Thomas Karsten bisa jadi adalah orang Belanda yang sangat Indonesia. Walaupun berpendidikan Eropa, tapi semangatnya dalam mempelajari budaya Nusantara mampu mengalahkan warna kulitnya. Bersama P.W.H Sitsen dan Koeperberg ia menjadi anggota Panitia Bersama Perencanaan Pendirian Museum Jawa Institut tahun 1913.

Sebagai lembaga kebudayaan, sejak tahun 1919 Java Institut mengumpulkan data dan artefak budaya dari Jawa, Bali, Madura, dan Lombok. Saat koleksinya sudah lengkap, museum menjadi pilihan untuk menyajikannya kepada publik. Tujuannya agar masyarakat bisa mempelajari dan melestarikan koleksi tersebut. Museum itu dinamakan Museum Sonobudoyo. Tak ada makna yang istimewa di balik nama itu. Sono berarti pohon sono, dan budoyo berarti kebudayaan. Memang di halaman museum tumbuh pohon sono yang rindang.

Museum ini didirikan Karsten di atas tanah hibah dari Sultan Hamengkubuwono III. Karsten sendiri merancang museum dengan semangat pelestarian. Joglo museum didesain bergaya arsitektural Cirebonan. Bentuknya mengingatkan akan bangunan Masjid Kanoman Cirebon dengan atap Limas Lambang Tumpang Sarinya. Di gerbangnya tertulis: canda sangkala “Kayu Kinayung Ing Brahamaning Buddha” yang menunjukkan peresmian museum pada tahun Jawa, tepatnya 6 November 1935.

Di dalam museum kita bisa menengok berbagai artefak dari segala penjuru Nusantara, seperti Bali, Madura dan Lombok. Koleksi baju-baju adat Nusantara juga menjadi sajian koleksi museum. Melaihat detail dan lipatannya, tercetus pertanyaan bagaimana membuat hal itu dengan peralatan sederhana pada masanya. Tak hanya baju yang bercita rasa tinggi, peralatan makan dari perak dan tembaga, perhiasan, patung, wayang, dan yang lebih istimewa, keris.

Museum Sonobudoyo mengoleksi tak kurang dari 1.200 keris. Yang paling terkenal tentu keris Mpu Gandring yang melegenda itu. Keris ini diyakini menghabisi Anusapati dann Ken Arok. Tak hanya senjata, keris juga menjadi simbol kebangsawanan. Salah satu koleksi keris di museum ini adalah keris Wesi Buddha yang termasuk keris paling tua. Ada juga beberapa foto langka yang memperlihatkan bagaimana keris dibuat dan dipamerkan.

Masih banyak koleksi Museum Sonobudoyo yang lain, namun semua belum bisa dipamerkan. Museum Unit II di Ndalem Condrokiranan, Wijilan, pun sudah dipersiapkan untuk menampung koleksinya. Rencananya, pengelola museum akan menambah ruangan baru lagi untuk menampung koleksinya.

Banyak yang berkunjung ke sini, terutama pelajar dan mahasiswa, untuk sekadar mengerjakan tugas, atau tahu tentang sejarah budaya bangsa. (Where to Go Joglosemar, Intisari)

Menuju Museum Sonobudoyo

View Museum Sonobudoyo (1) in a larger map