Find Us On Social Media :

Sawahlunto, Dari Kota Tambang ke Kota Wisata

By Rusman Nurjaman, Minggu, 28 April 2013 | 07:00 WIB

Sawahlunto, Dari Kota Tambang ke Kota Wisata

Intisari-Online.com - Sawahlunto bisa disebut satu contoh kota yang berhasil berbenah diri di tengah keterbatasan sumber daya yang dimilikinya. Di masa kolonial kota ini terkenal sebagai salah satu sentra pertambangan batubara di Bumi Andalas. Tapi setelah stok batubara habis, pemerintah setempat menata ulang kota menjadi sebuah kota wisata yang cukup diperhitungkan.

Tentunya, keberhasilan ini tak lepas dari upaya pemerintah setempat mengoptimalkan potensi yang ada demi mengundang wisatawan. Setiap situs sejarah dirawat dan cerita-cerita masa silam digali kembali. Sebagai contoh, kisah tentang “orang rantai”, yakni para terhukum yang dijadikan pekerja paksa ditambang batu bara. Ada juga beberapa museum yang menggambarkan masa lalu Sawahlunto sebagai kota tambang. Bahkan akhir 2010, kota kecil yang dipagari Pegunungan Bukit Barisan ini menggelar Sawahlunto International Music Festival (SIMFest). Inilah beberapa tujuan wisata yang bisa kita nikmati bila berkunjung ke Sawahlunto.

Museum Kereta Api

Sejak 1894, kereta bertugas mengangkut batubara dari Sawahlunto menuju Pelabuhan Teluk Bayur di Padang. Rute klasik ini meredup seiring menyusutnya cadangan batu bara. Stasiunnya kemudian disulap jadi museum. Di dalamnya kita bisa menengok lokomotif tua buatan Jerman E1060 yang lazim disebut Mak Itam. Kini kereta ini difungsikan sebagai kereta wisata.

Museum Goedang Ransoem

Semula museum ini merupakan dapur umum yang melayani para pekerja tambang. Sebagian besar perlengkapannya kini menjadi artefak pajangan.

Terowongan Mbah Soero

Situs ini adalah pengingat kejadian manis dan pahit Sawahlunto di masa lalu. Melewati lubang gelap yang mengular di bawah tanah, batu bara diekstrak dari perut bumi. Mbah Soero adalah nama mandor yang dikenal dekat dengan pekerja.

Wisata Kota Tua

Sawahlunto tidak banyak berubah sejak pertama kali dibangun. Di pusat kota, puluhan bangunan sepuh masih berdiri dalam kondisi bugar. Contohnya, Sekolah Santa Lucia yang dibangun tahun 1920, Hotel Ombilin, serta Gedung Pusat Kebudayaan.

Akses transpotasi:

  1. Kota Sawahlunto di Sumatera Barat bisa dijangkau dari kota Padang dalam waktu dua jam dengan menyewa kendaraan atau minibus.
  2. Cara yang lebih menarik dan romantis tentunya dengan menaiki kereta api via rute bersejarah: Padang-Lembah Anai-Padangpanjang-Sawahlunto. Tapi sayangnya, setelah gempa besar yang mengguncang Sumatera Barat tahun 2009, beberapa bagian rel di Lembah Anai remuk redam.

View Larger Map