Mengenang dr Mun'im Idries (5): Akrab dengan Larva dan Belatung

Mohamad Takdir

Penulis

Mengenang dr Mun'im Idries (5): Akrab dengan Larva dan Belatung

Intisari-Online.com -Sebagai dokter forensik, dr Mun'im Idries akrab dengan hal-hal yang bagi orang awam menjijikkan dan menakutkan. Larva dan belatung sudah akrab baginya dan ia tetap tekun di bidangnya.Seperti dijelaskan Dimas Primacahyadi dalam artikel Mengejar Penjahat Dari Laboratorium yang dimuat Intisari edisi Juni 2010, bakteri yang membusukkan darah menyebabkan lebam kehijauan di sekitar perut bagian bawah setelah dua hari. Dua hari kemudian, lebam kehijauan menyebar ke lengan, kaki dan leher, dan tubuh mulai membengkak. Setelahseminggu akan timbul lepuh.Larva serangga seperti belatung dan telur lalat juga dapat menjadi penanda. Biasanya lalat menanamkan telurnya di daging segar, telur kemudian mentas dalam 8-14 jam tergantung suhu di sekitarnya. Belatung kemudian berkembang sampai 12 hari kemudian.Masih ingat peristiwa Bom Bali? Ketika itu peran DNA sebagai sarana mengenali korban menjadi sangat dikenal di Indonesia.Setiap manusia memiliki suatu ciri yang sangat khas. Suatu rangkaian kode yang menjadi penanda dan perancang terbentuknya individu, disebut asam deoksiribonukleat atau DNA.Berkat sifat unik DNA inilah maka identifikasi jati diri menjadi lebih pasti. Penjelasannya: setiap sel manusia terdiri atas 23 pasang kromosom, masing-masing kromosom berisi lebih dari seratus ribu gen yang tersusun dari ratusan juta pasang basa kode DNA. Masing- masing pasang basa mengatur suatu fungsi tubuh atau pembentukannya seperti tinggi, warna kulit, warna rambut, dsb.Lantaran setiap anak mewarisi separuh gen dan DNA dari masing-masing orangtuanya, maka DNA seseorang akan cocok dengan DNA salah satu orang tuanya. Karena itu maka DNA dari orang tua atau saudara sekandung atau keturunan dapat digunakan untuk identifikasi. Cara ini dapat dilakukan lintas generasi, bahkan bisa memakai sampel yang sangat tua karena ketahanan DNA.Sampel akan menjalani proses elektroforesis dan polymerase chain reaction (PCR), di mana sampel dari keluarga akan dibandingkan dengan sampel korban untuk memperoleh kecocokan.Proses ini sebenarnya tidak memakan waktu lama, tapi menentukan kecocokannya itu yang sukar bin njelimet. Tanpa banyak ekspos dari media, proses investigasi forensik telah berjasa menemukan pelaku kejahatan, menjadi bukti di pengadilan, dan menghentikan kelanjutan dari kebengisan pelaku kejahatan. Setiap berhasil memecahkan sebuah kasus, para investigator patut merasa puas dan lega. Namun tugas-tugas lain masih banyak yang menanti mereka.