Find Us On Social Media :

Mendata Kembali Capung Jawa

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 20 Oktober 2013 | 12:00 WIB

Mendata Kembali Capung Jawa

Intisari-Online.com - Memang belum ada penelitian secara empirik mengenai data dasar kebaradaan capung di Indonesia. Begitu juga dengan di Jawa, yang menurut data sementara terdapat 172 jenis, 26 jenis di antaranya adalah endemik khas. 

Mengingat minimnya data yang ada, maka Indonesia Dragonfly Society berinisiatif untuk meneliti dan mendata kembali aneka jenis capung yang ada di Jawa. Pendataan ini dikhususkan terkait manfaat capung terhadap keseimbangan ekosistem dan fungsinya terhadap pertanian dan pelestarian mata air.

Lingkungan yang cepat berubah menjadi indikasi utama penelitian ini. Karena secara tidak langsung sangat bepengaruh terhadap persebaran capung-capung tersebut. Bisa bertambah, juga semakin berkurang.

“Salah satu habitat capung adalah di tanaman dan air. Perubahan lingkungan pertanian akibat penggunaan pestisida dan kerusakan mata air menyebabkan capung berpindah mencari tempat lain,” ujar Wahyu Sigit, ketua IDS, seperti yang dilansir Kompas.

Lanjut Sigit, capung adalah bioindikator kondisi lingkungan karena nimfa capung hanya dapat hidup di air yang tak tercemar. Capung juga predator serangga, seperti nyamuk, wereng, juga jentik-jentik nyamuk. Ketakutan terbesarnya adalah, jika tidak ada capung di sawah, itu tandanya lingkungna sudah tercemar. Begitu juga dengan di air.

Salah satu lahan konservasi capung yang sudah siap mendukung pendataan ini adalah Sungai Kalongan, Banyuwangi, Jatim. Temuan terpenting dari tempat itu adalah jenis capung Amphiaeschna ampla, yang terakhir kali didokumentasikan pada 1940 oleh peneliti Belanda, Lieftinck.

Selain itu, ada beberapa tempat lain yang menjadi semacam balai pengumpulan data. Seperti, Kali Gajah Wong di Jogja, Kepulauan Karimunjawa di Jepara, dan Pegunungan Kendeng di Pati. Tempat-tempat itu dianggap masih menyimpan segudang kekayaan aneka jenis capung Jawa. (Kompas)