Find Us On Social Media :

Musik (2): Ketika Bicara, Manusia Sudah Bermusik

By Birgitta Ajeng, Jumat, 6 Desember 2013 | 05:30 WIB

Musik (2): Ketika Bicara, Manusia Sudah Bermusik

Intisari-Online.com - Djohan Salim, penulis buku Psikologi Musik pun memberi penjelasan. Pada waktu indera pendengaran bekerja pertama kali, yang didengar janin adalah semua suara dari tubuh ibunya.Empat komponen utama musik yaitu tempo, dinamika, warna suara, dan pitch, tiga di antaranya dikenal calon manusia itu dari proses di dalam rahim."Misalnya detak jantung, adalah pengenalan awal tentang tempo. Tarikan napas, dalam musik disebut dinamik. Lalu jalan darah, itu warna suara," papar Djohan, dosen ISI (Institut SeniIndonesia)Yogyakartayang mengambil pendidikan master di Fakultas Psikologi UGM.Sementara komponen terakhir, yaitu pitch atau tinggi rendah nada dikenal ketika bayi lahir. Nyanyian atau suara menggumam sang ibu ketika menggendong bayi, adalah sarana pengenalan pitch.Karenanya, pitch ini sifatnya sangat kultural. Anak dari Jawa, Batak,Ambon, Cina, ataupun Inggris, punya pola nada berbeda dalam bersuara atau ketika bicara.Menurut Djohan, ketika berbicara pun manusia sudah bermusik. Dulu, sebelum istilah musik dikenal, manusia hanya mengenal bunyi-bunyian sebagai bagian dari ritual.Lagu tergubah dalam bentuk aneka mantera. Dengan alat berupa genderang yang dipukul atau bambu yang ditiup, manusia mulai mengenal alat musik. Ketika nada do re mi, nada 8 oktaf ditemukan oleh Phytagoras, peradaban Eropa mulai mengenal nyanyian dan orkestra.Karena keperluannya masih untuk ritual, musik pun banyak berkembang dalam gereja. Lagu-lagu Gregorian digubah di awal perkembangan musik Eropa dan hingga kini masih kerap berkumandang.Jadi, musik adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Menurut Dr. Monty Satiadarma, Rektor Universitas Tarumanegara, Jakarta, musik adalah harmoni vibrasi internal yang ada di dalam diri manusia, bagian dari hidup manusia."Dalam kesendirian pun mungkin Anda bersenandung. Ada musik di dalam diri Anda. Kalaupun telinga Anda ditutup, setidaknya ada irama di dalam diri," ungkap Monty yang menempuh studi doktoral tentang pengaruh musik.(bersambung)--Tulisan ini dimuat di Majalah Intisari Edisi Mind Body & Soul tahun 2008, ditulis oleh Eulalia Adventi K dengan judul asli “Musik Untuk Kebugaran Jiwa".