Penulis
Intisari-Online.com - Apa yang Anda rasakan ketika mendengarkan musik yang Anda sukai? Merasa rileks atau gembira? Atau turut hanyut dalam alunan nada sendu dan syahdu?Meski musik mempunyai sifat entertainment, sebenarnya musik bukan sekadar hiburan. "Musik bersifat ritmis memang membuai diri ke dalam irama tertentu," ujar Dr. Monty Satiadarma, Rektor Universitas Tarumanegara, Jakarta.Bagaimana prosesnya? Monty memberi penjelasan. Musik merupakan vibrasi nada dan timbre yang membentuk stimulus harmoni ritmis yang ditangkap oleh alat pendengar. Getaran itu lalu dikirimkan ke limbic system (susunan saraf pusat) tempat gudang ingatan, dan menggetarkan serta mengaktifkan penyimpanan pengalaman di gudang ingatan, lalu menggugah susunan saraf pusat untuk memberi respon psikofisiologis pada individu. Sebagian respon berbentuk afektif emosional (dirasakan) sebagian lain bersifat logical (terkait dengan ingatan).Karena memberi dampak berupa respon afektif, musik bisa bersifat soothing yaitu membuai dan meredakan gejolak emosi, bisa juga bersifat uplifting yaitu membangkitkan semangat.Djohan Salim, penulis buku Psikologi Musik memberi contoh kongkret dari pengalamannya, ia lebih senang mendengarkan musik rock disko, atau pop pada pagi hari. Sebaliknya, pada malam hari ia senang mendengarkan musik klasik supaya rileks."Kalau bangun pagi saya dengar musik yang gembira, yang iramanya cepat, untuk stimulan supaya lebih bersemangat. Jadi musik berfungsi sebagai energizer" kata Djohan tersenyum.Pengaruh musik pada kognisi manusia terkait dengan ingatan. Itu sebabnya, musik bersifat asosiatif, mengingatkan kita pada pengalaman terdahulu.Jonathan Pieslak dari City University of New York dalam uraian yang berjudul From Combat to Healing: The Music of War, menjelaskan bahwa musik mempunyai peran penting sebagai "alat penenang" dan sebuah jalan untuk membawa para tentara dalam peperangan "merasa pulang" dan menikmati kenangan dengan orang-orang yang dicintai.Seorang veteran perang Afghanistan yang diwawancarai Jonathan mengatakan, "Musik dapat membantumu keluar dari teror dan pengalaman kecemasan. Membuatmu berpikir dan merasa bahwa kau pulang, merasakan aroma Natal pagi hari. Musik juga dapat mengambilmu, meski hanya beberapa detik, dapat membuatmu melupakan 'neraka' di sekelilingmu."(bersambung)--Tulisan ini dimuat di Majalah Intisari Edisi Mind Body & Soul tahun 2008, ditulis oleh Eulalia Adventi K dengan judul asli “Musik Untuk Kebugaran Jiwa".