Penulis
Intisari-Online.com -Sebuah permainan kucing dan tikus yang pernah dimainkan di Cina daratan menjadi rujukan utama para ilmuan mengetahui awal domestifikasi kucing. Teori ini sampai sekarang masih menjadi yang paling populer di kalangan para peneliti kucing.
Biji-bijian yang disimpan oleh para petani adalah magnet utama bagi hewan pengerat seperti tikus. Hewan-hewan ini seolah tahu di mana benda-benda itu berada, meski sudah ditaruh di dalam lumbung yang dianggap aman. Sementara di sisi lain, kucing liar yang memang pemburu tikus akan selalu mengikuti ke mana pun buruannya itu pergi.
Nah, di sinilah kemudian proses domestifikasi itu berlangsung. Kucing liar dianggap telah melakukan adaptasi dengan kehidupan desa dengan menjadi lebih jinak dibanding sebelumnya. Lalu banyak penduduk desa yang memanfaatkan kucing untuk menghalau serangan para tikus.
Tidak mau ini hanya menjadi sekadar mitos belaka, para peneliti dari Universitas Washington mencoba membuktikan persepsi tersebut. Dan hasilnya rasanya cukup memuaskan. Fiona Marshall telah menemukan sebuah fosil kucing kuno di tengah-tengah persawahan di Cina bagian utara.
“Fosil ini menjelaskan bahwa kucing mengambil peran penting penting, terutama untuk pengendalian hama pada sistem pertanian kuno di tempat itu (Cina),” ujar Marshall.
Kesimpulan tersebut didapatkan setelah melalukan penelitian mendetail terkait fosil kucing tersebut. Dalam tulang tersebut, terdapat senyawa kimia yang menunjukkan bahwa kucing memangsa jenis hewan yang mengonsumsi jenis padi-padian.
Ada satu kelemahan yang belum dijawab oleh Marshall; terkait apakah tulang itu bagian dari kucing liar atau kucing yang sudah dijinakkan. Meski demikian, ini cukup untuk menjawab bagaimana pertama kalinya kucing didomestifikasi. (huffingtonpost.com)