Find Us On Social Media :

Harga Diri (2): Dua Tipe Orang yang Menilai Rendah Dirinya Sendiri

By Birgitta Ajeng, Selasa, 24 Desember 2013 | 06:00 WIB

Harga Diri (2): Dua Tipe Orang yang Menilai Rendah Dirinya Sendiri

Intisari-Online.com - Orang yang cenderung menilai rendah dirinya dapat dibedakan atas dua tipe. Pertama adalah orang-orang yang penilaian negatifnya seolah-olah dapat dibenarkan karena masih dapat dimaklumi. Seolah-olah, karena sebenarnya dengan ataupun tanpa alasan yang jelas, tiap orang tidak punya alasan untuk menjustifikasi perasaan diri tidak berharga.Namun orang-orang ini umumnya dapat menyebutkan alasan yang dapat membuat pihak luar manggut-manggut tanda engerti mengapa ia menghargai dirinya begitu rendah.Kedua, adalah mereka yang sama sekali tidak punya alasan untuk membenarkan perasaan diri tidak berharga yang mereka alami.Jika Anda sempat menyaksikan film Wanted yang dirilis sekitar bulan Juli 2008 lalu, si tokoh utama Wesley, yang diperankan James McAvoy, adalah gambaran yang tepat dari tipe pertama orang yang memiliki self-esteem rendah. Wesley adalah pribadi yang rendah diri karena merasa gagal baik dalam pekerjaan maupun kehidupan percintaannya.la menggeneralisasikan kegagalan dalam dua aspek ini menjadi kegagalan dirinya secara menyeluruh. la merasa tidak mampu berbuat apa-apa dan meyakini dirinya tidak memiliki kompetensi untuk bekerja dengan baik. la bahkan tidak yakin apa yang sebenarnya hendak ia lakukan. Yang ia yakini secara pasti adalah bahwa ada yang salah dengan diri dan hidupnya.Wesley punya alasan yang memaksa kita untuk memaklumi penilaian dirinya yang negatif. Setiap hari selalu ada hasil pekerjaannya yang dicela bosnya. la pun tidak luput dari caci maki bosnya.Sementara itu, kekasihnya berselingkuh dengan rekan kantor yang juga sahabatnya sendiri. Dan sama seperti bosnya, kekasihnya gemar memarahinya dan tidak menaruh respek terhadap dirinya. Wesley begitu rendah diri sampai-sampai menegur sahabat dan kekasihnya mengenai perbuatan mereka pun tidak dapat ia lakukan.Lain lagi dengan seorang pemuda yang belum lama ini merasa sangat tertekan sehingga dibawa kekasihnya untuk menemui psikolog. Sebut saja namanya Anton. Baru saja lulus kuliah, ia sudah dipanggil untuk bekerja di sebuah perusahaan multinasional tanpa melalui proses lamar-melamar.Dua tahun kemudian, ia sudah dipromosikan sebagai manajer di perusahaan itu. Banyak rekan yang lain cemburu dengan keberhasilannya.Namun Anton sendiri seringkali mengeluhkan banyak hal. Anton menganggap dirinya belum mencapai target pribadi yang ditetapkannya. Ia merasa karirnya tidak secemerlang rekan yang lain, la juga mengeluhkan penghasilannya yang menurut dia seharusnya bisa lebih besar lagi dari yang sekarang.la pun memutuskan untuk menunda pernikahannya karena khawatir jikalau kekasihnya akan memilih pria lain yang lebih sukses saat sudah menjadi istrinya kelak. Sementara kekasihnya bingung dengan sikap Anton yang selalu merasa ada yang kurang dengan dirinya sendiri.Kondisi Anton menggambarkan tipe self-esteem rendah yang kedua. Jika kita mendengar keluhan Anton, sama seperti kekasihnya, kita akan bingung menanggapinya. Kita tidak akan habis mengerti mengapa bisa orang yang tergolong sukses seperti Anton masih merasa ada yang salah dengan dirinya.(Bersambung)--Tulisan ini ditulis oleh Ester Lianawati, psikolog, pengajar pada Fakultas Psikologi UKRIDA di Majalah Intisari Edisi Mind Body & Soul tahun 2008. judul asli tulisan ini adalah "Mari Belajar Hargai Diri Sendiri".