Pantai Banten Surut Mendadak, Bakal Tsunami?

Tjahjo Widyasmoro

Penulis

Pantai Banten Surut Mendadak, Bakal Tsunami?

Nama Pantai Karangantu di Serang, Banten, mendadak populer gara-gara air lautnya tiba-tiba surut sejauh 1 km sejak Selasa (4/2) . Tentu fenomena ini membuat masyarakat setempat gempar. Begitu pula saat media online memuat beritanya. Tak sedikit komentator yang mengira fenomena ini tanda-tanda tsunami. Belakangan, bahkan muncul kabar di BlackBerry Messenger soal ancaman tsunami yang ternyata kabar bohong (hoax) ini.

Kekhawatiran soal tsunami itu ditepis Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Mulyono Rahardi Prabowo, Jumat (7/2). “Kalau gejala tsunami, penyurutan air laut itu dalam waktu relatif singkat, sekitar 10 sampai 20 menit, kemudian kembali dalam gelombang tinggi,“ jelas dia, seperti dikutip Tribunnews.com.

Mulyono juga membantah penyurutan air laut itu karena aktivitas Anak Krakatau. Dia berpendapat, semua ini hanyalah fenomena alam biasa sesuai dengan siklus pasang-surut air laut yang selalu terjadi pada bulan Februari. Menurut data BMKG, puncak siklus pasang-surut maksimum untuk laut di utara Jakarta dan sekitarnya adalah pada 7-9 Februari. “Dan ini tidak terjadi sehari penuh. Biasanya pagi jam 07.00 sampai jam 09.00,” jelas dia.

Kepala BMKG Serang, Parmin, memperkuat keterangan koleganya. Dia menyatakan pasang surut air laut di Karangantu biasa terjadi pada siang hari sekitar pukul 10.00 atau malam hari. "BMKG sudah mengecek ke lokasi dan meminta keterangan warga, memang itu biasa surut seperti itu, terutama pada siang hari," katanya.

Namun pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh dua pejabat ini, mengapa surutnya air laut hingga sejauh sekitar 1 km.

Berdasarkan pantauan media di lokasi Pantai Karangantu, surutnya air laut tidak mengganggu aktivitas nelayan setempat. Perbedaannya hanya lumpur di sekitar pantai yang tampak lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya, karena belum dilakukan pengerukan. Akibatnya lumpur yang dibawa oleh Sungai Cibanten menumpuk di sekitar pantai.