Find Us On Social Media :

Astronom Australia Temukan Bintang Tertua di Alam Semesta

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 11 Februari 2014 | 08:00 WIB

Astronom Australia Temukan Bintang Tertua di Alam Semesta

Intisari-Online.com - Para astronom asal Australia mengaku menemukan bintang paling tua di tata surya. Keyakinan itu dilandasi oleh pikiran bahwa semakin sedikit kadar besi, semakin tua usia bintang. Astronom itu yakin bintang temuannya itu memiliki kadar besi paling sedikit dibanding bintang-bintang lain. Para astronom menamai bintang baru ini Methuselah.

Menurut perkiraan, usia bintang ini sudah berusia 13,6 miliar tahun. Bintang ini terbentuk hanya beberapa ratus juta tahun setelah peristiwa Big Bang yang menjadi titik awal pembentukan alam semesta. “Ini adalah bintang paling kuno yang pernah dilihat (oleh teleskop) di Galaksi Bima Sakti,” ujar para astronom.

Sebelum Methuselah, ada dua bintang yang diajukan sebagai bintang tertua yang pernah ditemukan di tata surya, masing-masing oleh tim Eropa pada 2007 dan tim AS pada 2013. Dilansir dari AFP, kedua bintang itu berusia 13,2 miliar tahun.

Stefan Keller di Universitas Nasinal Australia, Canberra menyebut Methuselah—dalam sistem kosmik—paling dekat dengan Bumi. Bintang ini terletak di Galaksi Bimasakti, dan berjarak sekitar 6.000 juta tahun cahaya dari Bumi.

“Tanda-tanda bintang ini sangat tua adalah kadar besinya yang tidak komplit,” tulis Keller dalam surel untuk AFP mengenai studi ini.

Salah satu cara untuk menentukan usia bintang adalah besi. Dengan demikian, semakin rendah kadar besi dalam spektrum cahaya bintang, yang lebih tua itu. “Kita bisa menggunakan kadar besi sebuah bintang untuk mengetahui ‘jam’ kapan bintang itu terbentuk,” kata Keller.

Untuk Methuselah, besi yang ada di dalamnya kurang dari sepersejuta besi dalam Matahari dengan unsur logam setidaknya 60 kali lebih sedikit dibanding bintang-bintang lainnya yang dikenal. Kondis ini semakin menguatkan anggapan bahwah bintang ini adalah yang paling tua.

Bintang ini ditemukan menggunakan teleskop Australian National University’s SkyMapper dengan survei selama lima tahun dari langit bagian selatan. Selain Methuselah, teleskop juga menangkap empat bintang lainnya dengan kadar besi yang hampir sama.