Find Us On Social Media :

Gajah Hutan Afrika dan Nasib yang Kian Mengkhawatirkan

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 15 Februari 2014 | 06:30 WIB

Gajah Hutan Afrika dan Nasib yang Kian Mengkhawatirkan

Intisari-Online.com - Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PlOS ONE, menyebut sekitar 65 persen gajah hutan afrika telah tewas dalam satu dekade terakhir. Penelitian itu menyebut faktor terbesar tewasnya gajah adalah perdagangan gading.

Angka-angka mengerikan itu dirilis pada simposium perdagangan hewan liar di London pekan ini. Selain untuk memperbaharui penelitian tentang gajah, simposium ini juga mengggambarkan “bencana” 62 persen penurunan gajah hutan afrika sejak 2002 hingga 2011. Data itu semakin diperburuk dengan kondisi gajah pada 2012 dan 2013.

“Setidaknya beberapa ratus ribu gajah hutan afrika hilang antara 2002-2013; 60 gajah mati dalam sehari, satu gajah mati tiap 20 menit, siang dan malam. Ketika kita tengah sarapan, seekor gajah telah disembelih untuk produksi pernak-pernik dari gading,” ujar Fiona Maisels, pakar biologi dari Wildlife Conservation Society (WCS). Maissel dan rekan-rekannya telah mengobok-obok 80 lokasi di seluruh Kamerun, Republik Afrika Tengah, Republik Kongo, Republik Demokratik Kongo, dan Gabon.

Dalam pengamatannya itu, Maissel dan rekan-rekannya melihat gajah yang ada kurang dari 10 persen jumlah asli mereka, atau sekitar 100 ribu dari jumlah yang seharusnya, 1 juta lebih. Sebagian besar gajah-gajah yang tersisa bisa ditemukan di Gabon, Afrika Barat. Sementara itu di Republik Demokratik Kongo, yang luasnya sembilan kali lebih besar dari Gabon, justru memiliki jumlah gajah yang lebih sedikit.

“Tentu saja ini sangat membingungkan jika melihat fakta di lapangan dengan data yang tertulis. Hampir 95 persen hutan di Republik Demokratik Kongo kosong tanpa gajah,” kata Samantha Strindberg, salah satu tim peneliti.

Gajah-gajah hutan yang sejatinya berada di wilayah hutan lindung juga tidak kalah terancam oleh perburuan liar. Dalam tulisan yang terbit tahun 2013, peneliti mengatakan perburuan ilegal dan tingginya permintaan gading harus dihentikan. Menanggapi hal ini, beberapa negara telah menyanggupi untuk menyetop komersialisasi gading, termasuk AS, Filipina, Gabon, Cina, dan Hongkong. (LiveScience)