Seperempat Orang Amerika Tak Tahu Bumi Kelilingi Matahari

Moh Habib Asyhad

Penulis

Seperempat Orang Amerika Tak Tahu Bumi Kelilingi Matahari

Intisari-Online.com -Hasil mengejutkan diperoleh oleh sebuah jajak pendapat yang dilakukan Yayasan Sains Nasional: satu dari empat warga AS tidak mengetahui bahwa mengitari matahari. Itu menandakan, tak semua orang Amerika Serika memiliki pengetahuan dasar soal sistem tata surya.

Sembilan pertanyaan terkait ilmu fisika dan biologi dasar diberikan kepada 2.200 orang warga AS. Hasil survei yang diumumkan dalam pertemuan Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Sains, Jumat (14/2) menunjukkan rata-rata warga AS hanya mendapatkan nilai 6,5 untuk kesembilan pertanyaan itu.

Sebagai contoh, hanya 74 persen responden yang menjawab dengan benar bahwa Bumi berputar mengitari matahari.

Tak hanya itu, hanya 48 persen responden yang mengetahui bahwa manusia berevolusi dari spesies awal hewan, seperti yang menjadi dasar teori yang disampaikan pakar ilmu alam Inggris Charles Darwin dalam bukunya On the Origin of Species (1859).

Meski terdapat hasil yang mencengangkan, namun secara umum survei itu menunjukkan warga AS masih menyukai sains terutama jika disampaikan secara informal. Buktinya sebanyak 60 persen warga AS masih gemar mengunjungi kebun binatang, museum sejarah alam atau sains dan museum teknologi.

Hasil lengkap survei yang dilakukan setiap dua tahun sekali ini, akan dimasukkan dalam laporan Yayasan Sains Nasional kepada Presiden Barack Obama dan para politisi di Kongres.

Masalah kualitas akademis warga AS menjadi isu politis panas di saat sejumlah penelitian internasional menunjukkan untuk urusan ilmu pengetahuan warga AS jauh ketinggalan.

Sebuah studi terbaru yang dilakukan Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menunjukkan bahwa warga AS memiliki nilai di bawah rata-rata dan hanya lebih tinggi dari dua negara maju lainnya yaitu Italia dan Spanyol.

KegagalanASmenjaga kualitas akademisnya dibanding negara lain di dunia bisa berdampak serius terhadap perekonomian negeri itu di masa datang. (Ervan Hardoko|kompas.com)