Find Us On Social Media :

Pemujaan Gunung Sudah Ada Jauh Sebelum Hindu-Budha (bag. 1)

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 22 Februari 2014 | 12:00 WIB

Pemujaan Gunung Sudah Ada Jauh Sebelum Hindu-Budha (bag. 1)

Intisari-Online.com - Dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya, Denys Lombard menyebut, orang-orang Jawa sudah memuja gunung berapi jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha dari India. Dalam buku itu, Lombard menegaskan orang Jawa Kuno menyembah gunung-gunung berapi tertentu sama seperti orang Bali memuja Gunung Agung dan penduduk Tengger memuja kawah Gunung Bromo.

Selama ribuan tahun, masyarakat Jawa yang dikepung gunung api meyakini bahwa letusan gunung bukan sekadar peristiwa alam biasa. Berkah atau sebaliknya bencana yang ditimbulkan letusan gunung tergantung bagaimana manusia bernegosiasi dengan penguasa gunung.

Karena itu, hampir di semua gunung di Jawa, terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah, terdapat bangunan-bangunan suci yang digunakan sebagai sarana pemujaan.

Konsep ini, menurut Lombard, telah ada sebelum muncul konsep Gunung Meru di Jawa. Gunung Meru merupakan konsep tentang gunung suci pusat jagat raya dicangkok dari India, sekitar abad ke-10, sedangkan proses pemujaan terhadap gunung di Jawa diduga telah berlangsung jauh sebelum itu.

Seperti tersebut dalam kitab Tantu Panggelaran, Gunung Meru di India dipindahkan ke Jawa oleh para dewa.

Jejak bangunan megalitik dan punden berundak yang tersebar di sejumlah gunung di Jawa menguatkan dugaan, proses pemujaan gunung telah berlangsung di Jawa sejak zaman prasejarah.

Soepomo dalam Lord of The Mountains in the Fourteenth Century Kakawin (1972) menyebutkan, dewa yang dipuja masyarakat Jawa Kuno bukanlah dewa-dewa India, melainkan roh nenek moyang yang telah didewakan dan menjadi penguasa gunung. Dalam kakawin Negarakertagama disebutkan, Raja Majapahit Hayam Wuruk rutin setiap bulan keempat datang ke Candi Penataran atau Candi Palah untuk memuja Hyang Acalapati.

Menurut Soepomo, Hyang Acalapati merupakan "Dewa Gunung" yang hanya ada di Jawa, berbeda dengan konsep dewa India yang menyebutkan Siwa sebagai penguasa gunung. Dewa Acalapati juga disebut Parwataraja dalam kakawin Arjunawiwaha, Parwatandtha dalam Negarakertagama, Girindtha dalam Sutasoma. (nationalgeographic.co.id, sumber: Ekspedisi Cincin Api, Kompas Sabtu 12 Januari 2102)