Penulis
Intisari-Online.com – Hari ini (20 Maret 2014), beberapa negara di dunia merayakan Hari Kebahagiaan Internasional. Apakah dengan tertawa, orang itu sudah pasti merasa bahagia? Jawabanya, tidak. Tertawa belum tentu merasa bahagia. Sebuah studi mengatakan, ketika seseorang mendengar suara tertawa orang lain, mereka akan mengaktifkan otak mereka untuk memahami, apakah orang itu benar-benar merasa bahagia atau tidak.
Seorang peneliti dari Royal Holloway, University of London, menemukan bahwa otak kita bisa mengetahui perbedaan yang jelas antara tawa asli dan palsu.
Sebuah studi yang dipimpin oleh Dr. Carolyn McGettigan, dari Departemen Psikologi, mengamati beberapa peserta penelitian ketika mendengar tawa dari orang yang menyaksikan video YouTube yang lucu. Dalam hal ini, para peserta tidak mengetahui bahwa dirinya terlibat dalam penelitian, agar hasil penelitian lebih akurat. Lalu, hasilnya pun menunjukkan bahwa para peserta menunjukkan tanggapan neurologis yang berbeda ketika mendengar tawa palsu dibandingkan tawa asli.(Baca juga: Hati-hati, Tertawa Ternyata Bisa Mematikan)
“Perayaan Hari Kebahagiaan Internasional hari ini bisa menjadi saat yang menarik untuk mengamati cara otak dalam mendeteksi kebahagiaan sesungguhnya dari orang lain. Karena otak kita sangat sensitif dengan suara tawa” ujar Dr McGettigan.
Intinya, selama penelitian ini, ketika para peserta mendengar suara tawa, mereka akan mengaktifkan salah satu bagian otaknya yang berhubungan untuk memahami keadaan emosional orang lain. (sciencedaily.com)