Find Us On Social Media :

Jurnal Pornografi Diluncurkan untuk Pertama Kalinya

By Moh Habib Asyhad, Senin, 24 Maret 2014 | 17:30 WIB

Jurnal Pornografi Diluncurkan untuk Pertama Kalinya

Intisari-Online.com - Sebuah penerbit buku-buku akademik yang bermarkas di London, Routledge, untuk pertama kalinya meluncurkan jurnal pornografi pada Jumat (21/3) bernama Porn Studies. Bukan berisi konten dan gambar-gambar pornografi selayaknya majalah-majalah dewasa, jurnal ini lebih melibat bagaimana pornografi telah menjadi fenomena.

Tujuan utama jurnal ini adalah secara kritis mengeksplorasi segala produk budaya, sekaligus jasa, yang dianggap sebagai pornografi. Isu penerbitan jurnal pornografi ini sejatinya sudah digagas sejak Agustus 2013 lalu.

Beberapa judul yang ada di edisi pertama ini di antaranya: Psychology and Pornography: Some Reflections, dan juga Gonzo, Trannys, and Teens—Current Trend in U.S. Adult Content Production, Distribution and Consumption.

Untuk sekadar informasi, berdasar laporan seorang ilmuwan independen di Los Angeles, Chauntelle Anne Tibbals, bahwa untuk membuat sebuah video “mesum” saat ini, tidak memerlukan biaya yang mahal. Tibbals juga mencatat, produsen film-film porno juga sudah menyasar film-film populer lantas dijadikannya film dengan genre baru: parodi porno.

“Puncaknya terjadi pada 2010 dan 2011, meskipun saat ini angkanya sudah mulai menurun,” tulis Tibbals. Satu hal lain yang menjadi catatan Tibbals adalah internet semakin memperdalam ceruk pornografi tersebut yang membuka jalan untuk bintang porno amatir menjadi lebih mainstrem dan populer. Salah satu contoh situs yang ditulis Tibbals BWW alias big beatiful women.

Karena fenomena-fenomena tersebutlah jurnal pornografi ini lantas diterbitkan. Bagi beberapa peneliti, pornografi adalah semacam ladang yang cukup menggairahkan untuk diteliti. Tidak hanya itu, juga merupakan ladang bisnis yang cukup menggiurkan. Menurut laporan Los Angeles Times tahun 2012, bahwa pemasukan bisnis porno di San Fenando Valley pada 2002 menembus angka 4 miliar dolar AS. Itu belum di wilayah-wilayah lain.

Penelitian pornografi masih minim

Beberapa peneliti juga sepakat bahwa pornografi adalah “kambing hitam” untuk segala persoalan sosial, termasuk munculnya sejumlah penyakit. Pada 2012 misalnya, Rick Santorum menyebut pornografi telah menyebabkan “perubahan otak secara signifikan”. Meskipun beberapa peneliti kurang sepakat dengan statement mantan kandidat presiden itu, tapi untuk sekadar mengatakan bahaya atau manfaat pornografi masih sebatas kontroversi.

Para editor yang menulis dalam jurnal edisi pertama tersebut secara serempak menyebut penelitian pornografi masih minim dan berada dalam tahap awal. Oleh karena itu, jurnal ini akan lebih fokus pada perkembangan ilmu pengetahuan soal pornografi di seluruh dunia dari masa ke masa. (LiveScience)