Find Us On Social Media :

Ekstrak Keladi Tikus Bisa Menjadi Antikanker dan Antivirus

By Chatarina Komala, Rabu, 26 Maret 2014 | 18:00 WIB

Ekstrak Keladi Tikus Bisa Menjadi Antikanker dan Antivirus

Intisari-Online.com - Keladi tikus (Typhonium flagiliforme)  justru selama ini tumbuh liar. Mirip gulma yang banyak ditemukan di tepian sawah. Setelah banyak yang mengetahui khasiatnya, tanaman ini kini menjadi salah satu tanaman paling diburu.

Tanaman famili Araceae (talas-talasan) yang juga disebut dengan nama rodent tuber ini bisa menjadi antikanker dan antivirus.(Baca juga: Waspadai Penyebab Baru Kanker Hati)

Menurut dosen Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Peni Indrayudha, "Ekstrak daun keladi tikus mengandung protein seperti Ribosom Inactivating Proteins (RIPs) yang mampu memotong rantai DNA atau RNA sehingga sanggup menonaktifkan perkembangan sel kanker."

Peni mengikubasikan DNA plasmid dengan sejumlah protein dari ekstrak daun keladi tikus pada tahun 2005. Terbukti RIPs memotong rantai sel DNA menjadi lingkaran semu dan linier, dilihat di bawah sinar ultraviolet.

Di sejumlah negara, penelitian soal keladi tikus sudah cukup intens dilakukan. Misal penelitian Chee Yan Choo dari Sekolah Farmasi Universiti Sains Malaysia. Choo menguji ekstrak umbi dan daun keladi tikus terhadap aktivitas sitotoksik pada sel leukemia P388. Hasilnya, ekstrak heksan keladi tikus bersifat sitotoksik terhadap P388.

Sejumlah peneliti lain ikut membuktikan keampuhan keladi tikus. Seperti dikutip dari situs Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, peneliti dari Center for Drug Research Universiti Sains Malaysia Dr. Choo Sheen Lai menunjukkan, keladi tikus mampu menghambat pertumbuhan kanker paru.

Lai juga menemukan fitol, senyawa antikanker dari keladi tikus. Fitol melawan sel kanker dengan cara apoptosis ("bunuh diri" sel).

Menurut sejumlah literatur, efektivitas umbi keladi tikus dalam menghambat sel kanker diduga karena mengandung senyawa golongan triterpenoid. Triterpenoid bekerja dengan menghambat enzim DNA, yang berperan dalam proses replikasi dan proliferasi sel kanker.(Baca juga: Pengobatan Penderita Kanker Prostat)

Keladi tikus juga dianjurkan sebagai agen pendamping kemoterapi penderita kanker. Meski begitu, keladi tikus juga disebutkan mengandung saponin—bisa bersifat toksik dalam penggunaan berlebihan. Karena itu, sebelum mengonsumsi sebaiknya juga konsultasi kepada dokter atau pihak yang kompeten.

Keladi tikus tumbuh di tempat terbuka pada ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Banyak terdapat di Malaysia, di Korea bagian selatan, dan di Indonesia tersebar di sepanjang Pulau Jawa, sebagian Kalimantan dan Sumatra, serta Papua. (National Geographic Indonesia)