Penulis
Intisari-Online.com – Sekelompok peneliti dari Brown University, dipimpin oleh Juan Santoyo mencoba meneliti pengaruh meditasi secarakeilmuan.(baca juga: Meditasi Dalam Kehidupan Sehari-hari)
Mereka merumuskan metode bahawa para meditator dapat memberikan kode-kode terstruktur, yang bisa diukur melalui pendekatan neurofisiologis.
Walaupun meditasi selalu bersifat spiritual, metode ini dapat membantu peneliti untuk menyelaraskan ketenangan meditasi dengan sinyal-sinyal neural, sehingga mereka dapat membuat hipotesis dan dampaknya terhadap kesehatan.
“Dalam neurosains, masalah tentang meditasi dan ketenangan adalah, bagaimana kita tidak mengerti praktiknya secara keseluruhan.”
“Yang kita butuhkan adalah mekanisme lebih baik untuk membuat hipotesis yang bisa diuji,” ujar Catherine Kerr, asisten profesor Brown’s Contemplative Studies.
Santoyo juga mengatakan, bahwa penelitian ini akan ditargetkan menjadi alat untuk menyembuhkan penyakit mental.
“Kami akan mencari tahu bagaimana pengalaman (meditasi) dapat menimbulkan pola tertentu dalam aktivitas otak. Kami tahu jika aktivitas otak tersebut dapat diasosiasikan dengan kelainan psikiatrik.”(baca juga: Meditasi Redam Stres dan Rasa Sakit)
Teknik meditasi paling baik berasal dari timur asia, teknik tersebut memfokuskan sensasi bernapas melalui hidung dan perut.
Santoyo, Kerr, dan Harold Roth, profesor dari Brown’s Religious Studies, menunjukan jika teknik ini memproduksi kondisi mental berbeda saat bermeditasi.
“Kami menemukan jika orang yang memfokuskan pernapasannya lewat hidung saat meditasi, mereka dapat menigkatkan kualitas pikiran, khususnya perhatian mereka saat merasakan sesuatu.” (sciencedaily.com)