Risiko Kesehatan Tinggi, Misi Pengiriman Manusia ke Mars Butuh Pengawasan

Chatarina Komala

Penulis

Risiko Kesehatan Tinggi, Misi Pengiriman Manusia ke Mars Butuh Pengawasan

Intisari-Online.com - Misipengiriman manusia ke Mars mungkin akan terhambat masalah kesehatan yang jauh di luar jangkauan NASA. Untuk itu, misi luar angkasa jangka panjang ke planet tersebut, yang baru akan dilakukan dalam beberapa dekade ke depan, membutuhkan pengawasan tingkat tinggi.

"Misi seperti ini kemungkinan akan mengekspos para awak pada risiko yang jauh di luar batas standar kesehatan yang ada dan juga berbagai risiko yang belum diketahui, dipastikan, bahkan belum bisa diprediksi," sebut laporan Institute of Medicine (IOM).(Baca juga:Sudah Ada 1.058 Orang Calon Penghuni Mars)Saat ini, astronot dikirimkan ke orbit rendah Bumi dan mereka menghabiskan waktu tiga sampai enam bulan di stasiun ruang angkasa ISS. Namun perjalanan ke Mars membutuhkan waktu 18 bulan. NASA sendiri telah menyatakan akan mengirimkan manusia ke Mars pada tahun 2030-an dan tengah membangun peluncur dan pesawat ruang angkasa untuk tujuan tersebut.Risiko kesehatan dari misi jangka pendek di ruang angkasa antara lain adalah mual-mual, lemas, pandangan kabur. Adapun risiko jangka panjang termasuk kanker akibat radiasi dan hilangnya massa kepadatan tulang.Mengingat risiko yang tidak pasti akibat perjalanan lebih jauh ke luar angkasa, NASA telah meminta IOM untuk mengembangkan panduan untuk misi penerbangan manusia ke luar angkasa. "Komite melihat standar kesehatan yang ada saat ini tidak memungkinkan," sebut laporan IOM.IOM juga menolak adanya standar keamanan terpisah bagi misi pengiriman manusia ke Mars. Mereka menyimpulkan, satu-satunya pilihan adalah memberikan pengecualian terhadap standar kesehatan yang ada saat ini. "Namun, pengecualian harus kejadian yang langka dan hanya timbul pada kondisi tertentu," sebut IOM.(Baca juga:Lanjutkan Misi 'Goes to Mars', Mars One Luncurkan Simulasi Rumah Manusia)Astronot juga harus diperkenankan oleh NASA untuk memutuskan apakah akan berpartisipasi, memilih misi yang akan dijalankan dan mencari keseimbangan antara risiko dan keuntungan dari misi yang akan dijalankan. Pemberian kesempatan yang adil bagi para kru dan layanan medis seumur hidup juga harus disediakan."Eksplorasi ruang angkasa telah menggeser batas risiko kesehatan dan hidup para astronot," kata Jeffrey Kahn, peneliti dari John Hopkins Berman Institute of Bioethics, Baltimore, Amerika Serikat."Menentukan di mana batas itu berada dan kapan waktunya untuk mendorong sampai batas tersebut merupakan hal yang kompleks," ucapnya. (Muhammad Firman/National Geographic Indonesia)