Find Us On Social Media :

Stop Kebiasaan Menunda

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 25 Maret 2011 | 10:24 WIB

Stop Kebiasaan Menunda

Komponis besar Spanyol, Manuel de Falla, amat terpukul tatkala mendengar kabar tentang kematian temannya, pelukis Ignacio Zuloga. Dengan penuh penyesalan, Falla meratapi, "Sayang sekali! Padahal aku belum sempat menjawab suratnya yang kuterima 5 tahun silam."

Hampir semua orang dalam hidupnya pernah merasa bersalah akibat penundaan yang dilakukannya. Bahkan, pada banyak orang, kebiasaan menunda sudah seperti penyakit yang menguasai hidup mereka, sehingga menghasilkan segunung pekerjaan yang tak pernah dicoba dan segunung lagi pekerjaan yang dilakukan dengan setengah hati.

Yang luar biasa, beberapa orang ada yang sampai meninggal lebih dini hanya lantaran menunda-nunda terus untuk berkunjung ke dokter, entah untuk memeriksakan nyeri jantung atau gumpalan daging di tubuh. Ada pula yang tidak kunjung mendapat promosi jabatan yang didambakan karena terlampau sering mengabaikan deadline, sasaran, dan rapat penting.

Nyatalah, kebiasaan menunda dapat memperburuk kehidupan, merusak hubungan, menghancurkan karier dan cita-cita. Padahal praktik menunda hanyalah perilaku buruk, dan seperti perilaku lainnya, perilaku buruk ini cukup mudah diubah. Berikut ini beberapa strategi efektif untuk memerangi kebiasaan menunda.