Mengambil Keputusan

K. Tatik Wardayati

Penulis

Mengambil Keputusan

Intisari-Online.com – Mengambil keputusan bukan perkara mudah. Namun, bukan pula pekerjaan sulit. Orang yang butuh waktu untuk sampai pada suatu keputusan, memiliki kematangan dan keyakinan lebih daripada yang membuat penilaian sesaat. Emosi memang perlu dipertimbangkan ketika membuat keputusan besar. Dr. Sigmund Freud menyatakan, “Untuk membuat keputusan kecil, saya selalu mempertimbangkan untung-ruginya. Namun, dalam masalah-masalah amat penting, seperti memilih jodoh dan profesi, keputusan harus muncul dari diri sendiri. Untuk mengambil keputusan penting, pedomannya adalah kebutuhan mendasar kita yang terdalam.”

Sangatlah berguna bila kita “mengendapkan” masalah terlebih dahulu sebelum bertindak. Waktu merupakan komponen penting dari banyak keputusan. Ia membawa situasi tak menentu menjadi suatu kepastian.

Seorang rektor mengatakan, “Bila saya punya problem yang harus dihadapi pada pukul 03.00 Selasa mendatang, saya tidak akan membuat keputusan sampai hari Selasa tiba. Sementara itu, saya mengkonsentrasikan diri untuk mendapatkan semua fakta yang menyebabkan masalah itu. Bila saya mendapatkan semua fakta pada hari Selasa, biasanya masalah sudah akan terpecahkan dengan sendirinya.”

Sekali keputusan dibuat, tak berarti mutlak sifatnya. Keputusan mestilah flesksibel. “Kita harus melakukan yang terbaik menurut apa yang kita ketahui pada suatu saat. Bila ternyata tidak berhasil, kita dapat memodifikasinya sambil jalan,” demikian ujar Franklin D. Roosevelt, satu-satunya Presiden AS yang berkuasa sampai empat kali masa jabatan.

Dalam suatu keputusan besar, tak mungkin kita mengharapkan keputusan penuh pada hasil akhirnya. Selalu ada sisi untung-ruginya. Namun, keputusan yang benar harus membawa lebih banyak keuntungan.

Dalam mengambil keputusan, peran teman bicara tidak bisa diabaikan. Tidaklah benar ungkapan yang menyatakan, membicarakan segala sesuatu dengan orang lain selalu lebih memusingkan ketimbang membantu. Diskusi dengan orang lain mungkin membawa fakta baru dan memperjelas masalah. Seandainya pun itu tak tercapai, perbincangan biasanya membuat masalahnya terfokus dan prospek pemecahannya lebih tampak.

Menunda suatu keputusan bukan berarti bimbang atau tidak tegas. Kata Chester I. Barnard, presiden New Jersey Bell Telephone Company, “Seni pengambil keputusan seorang eksekutif adalah: tidak memutuskan masalah-masalah yang kini belum relevan, tidak memutuskan secara terburu-buru, tidak membuat keputusan yang tidak dapat dilaksanakan, dan tidak membuat keputusan yang sebenarnya jadi wewenang orang lain. (Intisari)