Penulis
Intisari-Online.com – Zinc (seng) sebagai zat gizi mikro memiliki fungsi katalitik, terdiri atas hampir 300 macam enzim yang berperan dalam sintesis dan degradasi karbohidrat, lemak, dan protein serta metabolisme zat gizi mikro lainnya. Seng juga memiliki fungsi struktural, yaitu berperan penting dalam kestabilan struktur protein enzim dan membran sel. Selain itu, seng juga memiliki fungsi regulasi, ketika ‘zinc finger protein’ meregulasi ekspresi gen dengan bertindak sebagai faktor transkripsi (berikatan dengan DNA dan mempengaruhi transkripsi gen spesifik). Demikian dijelaskan oleh Ir. Titin Hartini, M.Sc., dari Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kementerian Kesehatan.
Meskipun kelihatannya hanya diperlukan sedikit, namun penting bagi tumbuh kembang anak. Defisiensi zat gizi ini biasa terjadi pada bayi, anak-anak, ibu hamil dan menyusui, mereka yang mengalami kurang gizi, yang mengalami diare berat atau diare persisten, penderita sindrom mal-absorpsi, penderita penyakit radang lambung, penderita penyakit hati akibat keracunan, peminum minuman beralkohol, mengalami anemia, lansia (berumur lebih dari 65 tahun), serta yang tergolong strict vegetarians.
Sementara tanda-tanda mereka yang mengalami defisiensi seng, antara lain: pertumbuhannya terhambat, rambut rontok, terhambatnya kematangan seksual, terhambatnya pematangan tulang, luka pada kulit, diare, rentan terkena penyakit infeksi karena gangguan sistem imunitas, hilangnya nafsu makan karena gangguan pengecapan, serta perubahan perilaku.
Sejumlah besar zinc biasanya didapat karena mengonsumsi makanan atau minuman asam yang disimpan dalam sebuah tempat yang dilapisi oleh seng. Seng dalam jumlah besar bisa menimbulkan rasa logam di lidah, muntah, dan gangguan lambung. Asupan seng sebanyak 1 gram atau lebih bisa berakibat fatal bagi tubuh.
Kebutuhan seng berbeda pada setiap kelompok usia. Rekomendasi kebutuhan seng berdasarkan kelompok usia adalah sebagai berikut: bayi, 4 – 5 mg; anak 1 – 3 tahun, 3 mg; anak 4 – 8 tahun, 4 – 5 mg; perempuan yang tidak hamil, 8 – 9 mg; perempuan yang hamil dan menyusui, 9 – 13 mg; dan laki-laki, 13 – 19 mg.
Tubuh dapat menyerap sekitar 20 – 40% seng yang terkandung dalam bahan pangan. Sementara, seng dari pangan hewani lebih mudah diserap dibandingkan dari pangan nabati, karena serat pangan dan asam fitat dapat mengganggu proses penyerapan seng.
Bahan pangan sumber seng, terbagi menjadi:
Selain terdapat dalam bahan pangan alami, pemenuhan kebutuhan zat gizi mikro termasuk seng juga dapat diperoleh melalui konsumsi pangan tambahan yang telah difortifikasi (diperkaya) dengan tambahan zat gizi mikro. Seperti susu pertumbuhan untuk anak atau dengan suplemen seng.
Namun, suplemen seng memiliki efek samping dengan obat seperti antibiotik kuinolon (seperti Cipro) dan antibiotik tetrasiklin (seperti Achromycin dan Sumycin) yang menghambat penyerapan seng dalam saluran pencernaan. Karena kebutuhan sebenarnya sangat sedikit, kalau bisa dari bahan-bahan pangan alami yang bisa kita masukkan dalam menu sehari-hari, mengapa harus dari suplemen? (*)