Penulis
Intisari-Online.com - Saat membeli makanan kemasan biasanya Anda akan melihat daftar komposisi dari makanan itu. Misalnya saja disebut jumlah kalori sekian kal. Beberapa perusahaan menyebutnya sebagai nilai gizi. Nah, pernahkan Anda memperhatikan informasi seperti itu tercantum di kemasannya saat kita membeli makanan cepat saji, kue black forest, atau minuman sejenis coca-cola?
Informasi tadi seharusnya menjadi perhatian Anda. Dengan mengetahui label makanan kita bisa menakar seberapa banyak yang bisa kita makan untuk menjaga kecukupan gizi dalam sehari. Sedikit ribet memang, tapi ujung-ujungnya kesehatan kita yang jadi taruhannya.Meski belum bisa disebutkan sebagai penyebab, sebuah penelitian menyatakan bahwa seiring menjamurnya gerai-gerai makanan cepat saji di kota-koba besar, semakin banyak pengidap penyakit tidak menular seperi obesitas dan diabetes.
Kegunaan label makanan bisa dilihat di negara maju seperti Jepang.“Pedagang-pedagang di Jepang lebih tertib dan patuh aturan mengenai jumlah kalori pada makanan ini. Mereka akan memberi label makanan di kemasan. Sedangkan kalau disini belum ada,” kata dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes. dalam sarasehan "Sehati Bicara: Diskusi Media 'Awas Bahaya Komplikasi Diabetes, Hipertensi & Dislipidemia Mengintai'” di Hotel Manhatthan.
Ekowati menegaskan, adanya label itu membuat orang bisa memperkirakan jumlah konsumsi sebuah makanan. “Oh saya ternyata cukup makan setengah porsi karena jumlah kalorinya sekian. Food labelingbukan hanya semata kandungan bahan-bahan, namun juga nilai nurisinya” ujarnya.
Menurut dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr. PH, di Jepang tak hanya makanan kemasan saja yang dilengkapi dengan label. “Makanan yang kita beli di toko yang dibungkus pun sudah label makanannya: misalnya jumlah lemaknya sekian dan garamnya sekian. Di Jepang kesadaran soal itu tinggi. Hasilnya Anda bisa melihat, umur orang-orang Jepang lebih lama dibandingkan dengan negara kebanyakan."
Jadi, akan sangat membantu jika semua makanan yang dijual menyertakan label di kemasannya. Jika terpaksa harus mengonsumsi makanan tak berlabel, ambil porsi yang secukupnya, tidak berlebihan. “Lakukan secara take it with moderation,” kata Hasbullah.