Penulis
Intisari-Online.com - Dalam kurun waktu tiga tahun, sekitar 90 laporan menghubungkan minuman energi dengan cedera atau kondisi kesehatan penggunanya, termasuk diantaranya kasus keguguran. Bahkan masyarakat sudah melaporkan kejadian-kejadian tersebut kepada Food and Drugs Administration (FDA, lembaga pengawas makanan Amerika Serikat).
Meski demikian, sampai saat ini belum dapat ditentukan apakah minuman energi benar-benar menjadi penyebab pada kejadian-kejadian tersebut. Apalagi investigasi yang dilakukan oleh para peneliti selama bertahun-tahun juga belum dapat menentukan apakah kafein menimbulkan risiko keguguran.
“Banyak bukti justru menunjukkan bahwa mengonsumsi kurang dari 300 miligram kafein, atau setara dengan tiga cangkir kopi, dalam satu hari tidak meningkatkan risiko keguguran,” ujar Dr. Mark Klebanoff dari Nationwide Children's Hospital di Columbus, Amerika Serikat. Dampak dari mengonsumsi kafein terlalu banyak dalam jangka waktu yang pendek masih belum diteliti.
Meskipun beberapa penelitian berhasil menemukan hubungan antara konsumsi kafein dengan peningkatan risiko keguguran, penelitian ini belum membuktikan bahwa kafein benar-benar menyebabkan keguguran.
Klebanof menyatakan bahwa beberapa penelitian memang berhasil membuktikan bahwa kafein dapat menyeberang ke dalam plasenta, namun belum dapat dijelaskan apakah zat tersebut dapat menyebabakan risiko keguguran.
Beberapa penelitian yang dilakukan terhadap binatang menemukan bahwa pemberian kafein dalam dosis tinggi menyebabkan teratogenic, mutasi dalam DNA janin, serta keguguran. Sayangnya, kadar kafein yang diberikan belum dapat ditentukan, sehingga belum dapat dihubungkan dengan manusia.
“Minuman energi ini sangat umum dikonsumsi (penduduk Amerika Serikat), dan keguguran juga masih menjadi kejadian yang umum,” ujar Klebanoff. “Tanpa mengetahui lebih banyak detail, akan sulit untuk menentukan adanya hubungan dengan keguguran,” lanjutnya. (MyHealthNewsDaily)