Penulis
Intisari-Online.com - Disfungsi ereksi yang timbul akibat gangguan organik, pangkal persoalannya berkisar pada pembuluh darah atau aliran darah yang diperlukan penis untuk berereksi. Seperti diketahui, kemampuan ereksi berasal dari si-nyal otak yang melepaskan zat kimia nitrogen oksida dan menyebabkan kadar siklik guanosin monofosfat (cGMP) meningkat. cGMP tak lain senyawa pembuka pembuluh darah pada penis.
Kondisi itu membuat pembuluh darah di sekitar penis jadi terbuka dan melemaskan otot-otot polos di jaringan korpora kavernosa. Darah yang terus masuk dan tertahan menyebabkan penis mengeras.
Pada kasus diabetes, misalnya, terjadi gangguan pada saraf neuropati akibat gangguan nutrisi dari pembuluh darah. Akibatnya, suplai pengisian darah pada jaringan penis tidak pernah cukup.
(Baca juga: Keluar dari Zona Nyaman Hubungan Seksual)
Selain itu, pembuluh darah juga ikut terganggu, sehingga jalan darah semakin terhalang. Sedangkan pada hipertensi terjadi penebalan di pembuluh darah hingga menghambat aliran darah. Obat anti-hipertensi ternyata ikut berpengaruh, karena obat bekerja dengan cara mengurangi volume darah, memperlambat kerja jantung, dan mengecilkan pembuluh darah tepi.
“Logikanya, kalau pembuluh darah mengecil, maka akan sulit terjadi ereksi,” jelas dr. Soeryo Winahyoe, dokter yang berpraktik di klinik itu.
Urusannya medis
Tingginya “budaya malu” di kalangan penderita disfungsi ereksi, menurut dr. Naek L. Tobing, seksolog terkenal di Jakarta, justru akan menghambat proses terapi. “Bagaimana mau berobat kalau mengakui saja tidak mau,” terang Naek.
“Padahal persoalan disfungsi ereksi itu sesuatu yang biasa, apalagi bagi mereka yang tinggal di perkotaan yang sibuk. Banyak kok pria yang mengalaminya!”Begitu terasa ada gangguan, sebaiknya jangan buang waktu dan minta pertolongan dokter. Rumusnya, semakin cepat ditangani, semakin cepat pula proses penyembuhannya.
Nah, organisasi kesehatan PBB (WHO) juga sudah memberi batasan waktu, pertolongan medis diperlukan jika seseorang tidak bisa mencapai ereksi pada permulaan atau mempertahankannya, dalam jangka waktu tiga bulan.
Namun terhadap jangka waktu itu, Naek berbeda pendapat dan memberi batasan waktu yang lebih cepat yakni dua minggu saja. “Biasaya dalam waktu segitu, pria atau pasangannya sudah mulai risih dengan kondisinya,” terang dia.
(Baca juga: Seks dengan Pakaian Lengkap?)
Lagi pula, menurut Naek, buat apa buang waktu? Penderita disfungsi ereksi zaman sekarang lebih beruntung karena tingkat kesembuhan penyakit ini sudah tinggi. Berbagai me-tode pengobatan sudah tersedia dan harapan akan kesembuhannya dapat diperkirakan. Klinik-klinik dengan dokter ahli juga semakin mudah ditemui, terutama di kota-kota besar.
Persoalan disfungsi ereksi, seperti kata Naek, memang murni urusannya dunia medis. Artinya, harus ditangani oleh dokter. “Karena umumnya ada masalah dengan pembuluh darah,” katanya.
Begitu juga disfungsi ereksi yang disebabkan oleh faktor psikologis, seperti stres, ketegangan, atau persoalan rumah tangga; yang dampaknya dapat membuat pembuluh darah mengecil. Kalau pun ada yang mencoba-coba pengobatan “alternatif”, menurut Naek, sejauh ini belum ada yang memberi hasil memuaskan.
-bersambung-
---
Tulisan ini ditulis oleh T. Tjahjo Widyasmoro di Majalah Intisari edisiExtra Resep Mujarab Keluarga Sehat 2013. Tulisan ini ditulis dengan judul asliDisfungsi Ereksi, Cegah Loyo Sebelum Berperang.