Find Us On Social Media :

Saat Penis Tegang Lebih dari Empat Jam

By K. Tatik Wardayati, Senin, 26 Januari 2015 | 20:15 WIB

Saat Penis Tegang Lebih dari Empat Jam

Intisari-Online.com – Penis yang bisa berdiri untuk durasi lama tentunya membanggakan bagi tiap wanita. Artinya pria tersebut tidak loyo alias perkasa. Tapi, kalau penis tegang lebih dari empat jam, terus berdiri dan tak mau turun, nah, ini tandanya ada masalah. Apalagi kalau sekonyong-konyong si adik kecil itu terbangun tanpa ada rangsangan seksual.

Gangguan kesehatan penis yang berwujud ereksi dalam waktu cukup lama, biasanya lebih dari empat jam, disebut priapisme. Selain tegang dalam waktu lama, biasanya disertai rasa nyeri pada daerah sekitar penis.

Penyebabnya belum banyak diketahui. Yang pasti, gangguan pada penis ini melibatkan gangguan saraf dan pembuluh darah (vaskuler). Gangguan saraf yang bisa berujung ada priapisme di antaranya kerusakan tulang belakang akibat trauma, atau gangguan saraf di dalam jaringan erektil. “Secara teori priapisme bisa disebabkan karena trauma. Tapi saya belum pernah menemukan kasus priapisme akibat trauma,” kata ahli urologi dari Rumah Sakit Asri, Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U.

Sementara gangguan darah yang dapat mengakibatkan priapisme antara lain berupa penyakit sel sabit, leukimia, thalasemia, dan fabry’s disease. Dilaporkan, 30 persen kasus priapisme berangkat dari penyakit sel sabit. Bekuan darah juga bisa menyebabkan terjadinya priapisme.

Selain itu, penggunaan obat juga bisa menyebabkan priapisme. Obat yang dapat menjadi biang kerok terjadinya priapisme itu antara lain obat psikosa (torazin, klorpromazin), obat antihipertensi (prazosin), obat disfungsi ereksi (sildenafil sitrat, tadalafil, dan vardenafil), obat antikoagulan, korikosteroid, tolbutamid, dan obat antidepresan (trazodon). Penyebab lainnya, infeksi dan kanker yang telah menyusup ke dalam penis dan menghalangi aliran darah dari penis.

Tindakan medis perlu segera diberikan bila penis tegang terus sampai lebih dari empat jam. Pertolongan menggunakan obat oral dekongestan (misalnya pseudoefedrin dan terbutalin) biasanya cukup membantu. Jika ereksi mulai berulang, bisa diberikan obat vasoaktif, misalnya epinefrin, yang menyebabkan pengkerutan pembuluh darah dan mencegah berulangnya priapisme.

Kalau pemberian obat tidak berhasil, tindakan anestesi lokal dapat dilakukan untuk meloloskan darah dari corpus cavernosum. Jika masih belum cukup, penyuntikan fenilefrin secara cavernosal perlu dilakukan. Tindakan ini harus dilakukan oleh urolog terlatih. Kalau masih juga belum berhasil, tindakan bedah sudah waktunya dilakukan. Pembedahan dilakukan untuk mengalirkan darah dari corpus cavernosum ke dalam corpus spongiosa.

Pada sebagian kasus, dapat dilakukan penyedotan darah yang berlebihan dari penis dengan sebuah jarum dan membersihkan pembuluh darah dengan cairan untuk membuang berbagai bekuan atau penyumbat lainnya. “Prinsipnya dengan menangani penyebabnya. Kalau penyebabnya belum diatasi, priapisme bisa terus berulang. Contohnya, jika priapisme disebabkan oleh gangguan pada darah, maka gangguan darah tersebut harus ditangani terlebih dulu,” ujar Nur Rasyid.

Yang perlu diingat, pengobatan harus dilakukan sesegera mungkin. Kalau telat bisa mengganggu kemampuan ereksi. “Kalau cepat ditangani, sel-sel di sekitar penis bisa kembali pulih sebab belum mengalami kerusakan. Kalau sampai sel-sel penis rusak akan menimbulkan fibrosis, sejenis luka parut, yang mengakibatkan gangguan pada kemampuan ereksi,” imbuh Nur Rasyid. (Healthy Sexual Life 6)