Intisari-Online.com – Beberapa orang dalam berhubungan seks memiliki waktu yang luar biasa untuk mengetahui perasaan seksual para wanita. Termasuk penggunaan alat kontrasepsi dalam menikmati seks untuk kesenangan, bukan hanya prokreasi. Masih banyak kemajuan yang dibuat. Setidaknya dilihat dari apa yang ditemukan oleh Cosmopolitan dalam survei Orgasme Wanita mereka. Dan dalam penelitian baru tentang orgasme, ternyata suara oh oh oh membuat masalah bagi wanita.
Sepertinya, pria hanya tidak menghormati kesetaraan gender saja. Lihat ketidakadilan yang mencolok seperti berikut.
- Wanita mengalami klimaks hanya 57 persen dari waktu, sedangkan pasangan mereka paling tidak 95 persen! Apa alasannya? Wanita merasa hampir tidak mendapatkan klimaks, tidak ada rasnagan klitorial yang cukup, bukan jenis stimulasi klitorial, atau terlalu banyak pikiran, atau tidak fokus pada mereka sendiri. Semua alasan itu padahal ada kaitannya dengan ketidakmampuan pasangan. Oke jugalah, bila kegagalan wanita untuk berbicara.
- 72 persen wanita mengatakan mereka membuat klimaks pasangan, tetapi tidak mencoba untuk membantu menyelesaikan klimaks mereka sendiri.
- 67 persen wanita telah memalsukan orgasme, terutama karena mereka ingin membuat pasangan mereka merasa baik, atau mereka tahu bahwa mereka tidak bisa, jadi mereka ingin mengakhiri hubungan seks dengan lebih cepat.
- Masturbasi (dengan dan tanpa sex toys) adalah salah satu cara wanita mengalami orgasme. Bukan berarti ada sesuatu yang salah dengan masalah tangan mereka sendiri, tapi mengapa tidak wanita mendapatkannya melalui pasangan mereka? Penetrasi vagina dengan stimulasi klitorial, hampir 20 persen lebih sedikit, wanita mengatakan mereka bisa orgasme dengan cara itu.
Temuan itu menyatakan bahwa kebanyakan pria tidak hanya mementingkan dirinya sendiri tapi seperti amatiran. Kok ya tidak membantu wanita pasangannya untuk mendapatkan orgasme?
Sebagian besar wanita mungkin juga akan mengakui bahwa jika mereka telah gagal untuk klimaks, menyerah pada klimaks, memalsukan, atau bergantung pada diri mereka sendiri lebih sering daripada tidak sampai ke sana, dan mungkin mereka bisa sedikit lebih baik berkomunikasi dengan pasangan.
Kita harus memahami bagaimana tubuh wanita bekerja dan secara genetik, mereka mungkin perlu beberapa petunjuk, dan kita harus bertanggung jawab untuk itu. Meski sudah banyak wanita disurvei bahwa mereka telah melakukan segala sesuatu untuk mengantarkan pria mendapatkan orgasmenya, tapi tetap saja mereka tidak bisa memperolehnya. Frustasi? Tentu saja!
Tapi, tetap saja banyak pria yang tidak mengerti itu! Sementara mereka sama sekali tidak ada rasa malu untuk mendapatkan orgasme, lantas mereka meninggalkan kamar tidur, sementara pasangannya tersisa dengan sedikit atau tidak ada kepuasan.
Kalau sudah begini, siapa yang harus disalahkan?