Find Us On Social Media :

7 Hal yang akan Terjadi saat Seseorang Berhenti Berhubungan Seks

By Ade Sulaeman, Kamis, 30 Juli 2015 | 18:15 WIB

7 Hal yang akan Terjadi saat Seseorang Berhenti Berhubungan Seks

Intisari-Online.com - Berhenti berhubungan seks, dengan beragam alasan mulai dari pekerjaan, perceraian atau jalan-jalan, ternyata memiliki beragam dampak bagi kesehatan, baik positif maupun negatif. Tidak percaya? Berikut ini dipaparkan hal-hal yang akan terjadi ketika seseorang berhenti berhubungan seks.

1. Merasa lebih cemas

Peneliti Skotlandia menemukan orang yang berhenti berhubungan seks harus berjuang keras mengatasi situasi stres seperti berbicara di depan umum, dibandingkan dengan mereka yang melakukan hubungan setidaknya sekali selama 2 minggu. Saat berhubungan seks, otak merilis bahan kimia yang mendorong perasaan bahagia dan nyaman, seperti endorfin dan oksitosin.

2. Ancaman kanker prostat pada pria

Sebuah penelitian yang dipresentasikan pada American Urological Association menemukan pria yang dapat berhubungan seks di sepanjang  mengalami penurunan 20% dalam risiko untuk kanker prostat. Satu alasan? Ejakulasi dapat menghapus zat berbahaya dari prostat.

3. Lebih rentan terhadap pilek dan flu

Para peneliti di Wilkes-Barre University di Pennsylvania, Amerika Serikat, menemukan orang yang melakukan hubungan seks sekali atau dua kali dalam seminggu menikmati dorongan 30% di immunoglobulin A (IgA), dibandingkan dengan mereka yang berhubungan jarang atau tidak pernah berhubungan seks. IgA merupakan salah satu garis pertama pertahanan tubuh terhadap virus.

4. Penurunan risiko infeksi saluran kemih

Hampir 80% dari infeksi saluran kemih terjadi dalam waktu 24 jam dari hubungan seksual. Saat berhubungan seks, bakteri dalam vagina dapat terdorong ke dalam uretra, di mana hal itu menyebabkan infeksi. Jadi, saat seseorang jarang atau berhenti berhubungan seks, maka risiko untuk terkenan infeksi saluran kemih menurun.

5. Perasaan tidak aman terhadap hubungan dapat muncul

"Tidak berhubungan seks dalam pernikahan dapat menyerang harga, menimbulkan rasa bersalah, dan menurunkan kadar oksitosin serta hormon ikatan lainnya," kata Les Parrott, PhD, seorang psikolog dan penulis buku “Saving Your Marriage Before It Starts.” "Hal ini juga dapat meningkatkan kekhawatiran bahwa salah satu dari pasangan akan curiga pasangannya telah menyalurkan kebutuhan seksualnya kepada orang lain."

6. Naiknya risiko disfungsi ereksi