Anak Belajar Bahasa (4): Sering Main Video Game, Anak Terbiasa Diam

Birgitta Ajeng

Penulis

Anak Belajar Bahasa (4): Sering Main Video Game, Anak Terbiasa Diam

Intisari-Online.com - Sayang sekali, dewasa ini sedikit sekali atau semakin berkurang jumlah ibu yang mau menyediakan waktunya untuk anak, menceritakan dongeng atau kisah-kisah yang menarik.Ibu yang berperan ganda, sebagai ibu rumah tangga dan wanita karier, memang bukan hal yang aneh lagi sekarang. Namun, hal itu hendaknya tak dijadikan alasan untuk tidak sempat mengantar anak tidur dengan dongeng karena keterbatasan waktu.Ketika terbatasnya waktu lalu dijadikan alasan, jangan heran kalau banyak anak yang mengalihkan, atau sengaja dialihkan, perasaan hausnya akan pengalaman kepada pesawat-pesawat elektronik semacam televisi atau video game. Barang-barang tersebut sama sekali tidak mendidik anak untuk dapat berkomunikasi dengan baik, bahkan malah bisa menghambatnya.Coba kita perhatikan, anak-anak yang terlibat permainan video game dan film-film kartun pada televisi dengan mulut tertutup. Bisakah kita mengharapkan kemampuan berbicara yang baik dari anak-anak yang terbiasa diam?Pernah ada siswa kursus bahasa Inggris, seorang ibu yang sibuk dan belajar di suatu departemen pemerintah. Salah seorang anaknya juga mengikuti kursus serupa di kelas anak-anak.Tertarik oleh kecepatan berpikir dan memahami pelajaran anaknya yang berumur sekitar 7 tahun, sang ibu ditanya kalau-kalau ia sering mengajak anaknya berbicara bahasa Inggris. Si ibu menceritakan bahwa ia kerap mencoba menerjemahkan buku-buku berbahasa Inggris karya H.C. Anderson untuk diceritakan kembali pada anaknya.Kiranya perlu bagi para ibu untuk meluangkan waktunya guna membaca buku cerita anak-anak dan menceritakan kembali pada anaknya menjelang tidur. Mungkin kelak anak-anak Anda akan berterima kasih sekali pada ibunya, dan menjadi anak yang bahagia, yang selalu membanggakan ibunya sebagai guru bahasanya yang pertama.(Selesai)--Tulisan ini dimuat di Buku Kumpulan Artikel Psikologi Anak oleh PT Intisari Mediatama, Cetakan I, April 1999.Judul Asli tulisan ini adalah "Nak, Itu Namanya Monyet".