Find Us On Social Media :

Mendampingi Anak di Masa Puber (1)

By Ade Sulaeman, Rabu, 19 Februari 2014 | 10:00 WIB

Mendampingi Anak di Masa Puber (1)

Intisari-Online.com - Menurut psikolog dari www.praktekpsikolog.com, Adib Setiawan, M.Psi., di usia pubertas anak mulai mencari figur lain di luar orangtua.

Misalnya, figur teman sebaya atau figur publik lain. Kadang kala, mereka memiliki dorongan untuk mengidentifikasi orang lain di luar lingkungan keluarga.

Pengaruh teman atau pergaulan ini harus diwaspadai karena bisa memengaruhi prestasi anak. Apalagi anak usia pubertas mulai melakukan hal lain di luar kebiasaan semasa kecil. Misalnya, suka pergi bersama teman-temannya.

Oleh karena itu, orangtua sebaiknya mengenal teman-teman Si Anak. Pasalnya, pergaulan yang kurang tepat bisa menurunkan prestasi dan membawa anak ke arah yang negatif.

“Arahkan anak supaya ia bergaul dengan teman yang punya motivasi internal, punya cita-cita, dan yang selalu meningkatkan prestasinya,” saran Adib.

Orangtua perlu memahami bahwa anak sudah bukan lagi anak-anak saat mereka memasuki usia puber. Jadi, perlakukan mereka sebagai teman. Di mana Anda lebih mendengarkan dan jangan memperlakukannya secara keras, baik verbal, apalagi fisik.

Saat puber, anak-anak pun akan mulai melawan orangtua karena mereka tidak puas dengan pengasuhan orangtua. “Tak menutup kemungkinan anak akan menganggap orangtuanya sebagai musuh,” ujar Adib.

Dekati Anak

Sebelum memasuki masa puber, orangtua sebaiknya melatih anak agar bertanggung jawab dan mandiri. Orangtua juga harus membekali anak-anak usia pubertas ini dengan kepercayaan diri dan penuh cita-cita. Menurut Adib, anak yang memiliki cita-cita akan memiliki motivasi kuat untuk berprestasi dan mencapai cita-citanya tersebut.

Oleh karena itu, pendekatan yang tepat adalah pendekatan persuasif tanpa unsur kekerasan dan memaksakan kehendak. Luangkan waktu untuk menjadi teman anak, dengarkan keluhan anak, dan cobalah membantu memecahkan masalah anak.

“Orangtua harus satu suara, jangan sampai ibu dan ayah memiliki keputusan yang berbeda-beda, karena bisa memicu konflik antara anak dan orangtua,” saran Adib.

Rumah wajib menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi anak. Salah satu caranya, orangtua jangan terlalu cerewet.

“Percuma saja orangtua cerewet tapi tidak menumbuhkan tanggung jawab sejak dini. Remaja malah tidak akan betah di rumah dan lebih memilih ‘keluyuran’,” kata psikolog yang berpraktik di kawasan Bintaro ini.

Lebih baik buat perjanjian bersama anak. Misalnya, kapan anak boleh bermain dan sampai pukul berapa, lalu sepakati dan jalankan secara konsisten. Jika dilanggar, maka uang saku dipotong setengahnya, misalnya. (Hasto Prianggoro/tabloidnova.com)