Find Us On Social Media :

4 Alasan Homeschooling Menjadi Alternatif yang Lebih Baik

By Birgitta Ajeng, Kamis, 20 Maret 2014 | 12:00 WIB

4 Alasan Homeschooling Menjadi Alternatif yang Lebih Baik

Intisari-Online.com - Tidak ada syarat khusus bagi anak untuk mengikuti homeschooling (HS). Psikolog pendidikan Dien Nurdini Nurdin, M.Psi. mengatakan, pada dasarnya, HS dapat diterapkan bagi siapa saja, bahkan menjangkau berbagai kalangan.

Ini karena konsep HS sendiri merupakan konsep yang paling dasar dan pertama ada dalam dunia pendidikan, bahkan sebelum berdirinya sekolah, orang-orang dahulu sudah melakukan HS. Apalagi salah satu keunggulan HS adalah kurikulum yang fleksibel sehingga dapat disesuaikan pada keunikan setiap individu.

Dien, begitu dia akrab disapa, mengatakan, HS sendiri merupakan pendidikan alternatif yang dapat menjangkau berbagai kalangan: kaya-miskin, kota-terpencil, beragam latar agama, dan profesi.

(Baca juga: 5 Langkah Menuju Sukses Homeschooling)

Meski demikian, menurut Dien ada 4 alasan homeschooling menjadi alternatif yang lebih baik bagi anak dibandingkan sekolah biasa, yaitu:

1. Anak memiliki tempo sendiri dalam belajar.

Bisa lebih cepat atau lebih lambat dari teman seusianya. Anak yang belajar lebih cepat biasanya mengalami kebosanan di kelas. Dalam beberapa kasus energi mereka teralihkan dengan membuat onar di kelas, atau menunjukkan ciri-ciri underachiever (tidak semangat berprestasi sesuai potensinya).

Ada juga tipe-tipe anak yang belajar lebih lambat. Anak ini biasanya tertinggal di kelas karena penjelasan guru yang terasa terlalu cepat. Akibatnya banyak materi yang sulit dikuasainya, dan berakibat rendahnya nilai atau bahkan ketidaklulusan.

2. Anak memiliki kebutuhan khusus / special needs.

Untuk kasus-kasus tertentu, anak-anak berkebutuhan khusus (seperti ADHD, Autism) yang dirasa tidak bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah umum, dapat memilih untuk HS. Kurikulum dirancang untuk memaksimalkan potensi anak, bagaimana agar mereka tetap dapat berprestasi dan menyesuaikan diri di masyarakat.

3. Anak memiliki bakat khusus untuk dikembangkan.

Misalkan anak tampak tidak terlalu berbakat di pelajaran sekolah, tetapi lebih menyukai musik, olah raga, atau kepandaian lainnya.

4. Keterbatasan fasilitas, jarak, dan waktu.

HS juga dapat menjadi alternatif bagi mereka yang tinggal di daerah-daerah terpencil, di luar negeri, berpindah-pindah, atau bagi masyarakat keluarga miskin. Pemerintah juga memiliki program HS untuk mengurangi putus sekolah. Keterbatasan waktu seperti anak-anak yang menjadi atlet atau sibuk berkegiatan lain.