Find Us On Social Media :

Di Kanada, Sepertiga Orang Dewasa Pernah Mengalami Kekerasan Masa Kecil

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 25 April 2014 | 16:00 WIB

Di Kanada, Sepertiga Orang Dewasa Pernah Mengalami Kekerasan Masa Kecil

Intisari-Online.com - Seseorang yang mengalami kekerasan di masa kecilnya cenderung mengalami gangguan mental kemudian hari. Pernyataan tersebut merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan sekelompok ilmuwan Kanada yang muncul baru-baru ini. Dari penelitian tersebut juga didapat, sepertiga orang dewasa di Kanada pernah mengalami kekerasan anak.

Dalam studi yang diterbitkan oleh Canadian Medical Association Journal tersebut, Tracie Afifi si penulis utama mengumpulkan sekitar 23 ribu orang dewasa usia 18 tahun ke atas yang diambil dari data statistik Canadian Community Health Survey tahun 2012. Para responden tersebut diberi pertanyaan seputar: apakah pernah mengalami kekerasan fisik, mengalami kekerasan seksual, atau melihat orang dewasa bertengkar di rumahnya, ketika mereka masih kecil.

Masing-masing pertanyaan tersebut diperinci sebagai berikut:

Selanjutnya, para responden tersebut diberi pertanyaan: apakah mereka menderita berbarai kesehatan mental, depresi, gangguan bipolar, penyalahgunaan alkohol dan narkoba, atua bahkan pernah mencoba untuk bunuh diri, ketika dewasa.

Dan hasilnya adalah satu dari tiga orang dewasa di Kanada melaporkan pernah mengalami kekerasan, setidaknya satu di antara tiga pertanyaan yang diajukan. Kekerasan fisik menempati angka yang paling tinggi, dengan angka 26 persen. Sepuluh persen mengaku pernah mengalami kekerasan fisik, sementara delapan persen pernah menyaksikan orang dewasa melakukan kekerasan terhadap orang lain.

Dari studi tersebut juga ditemukan, laki-laki disebut lebih banyak mengalami kekerasan fisik dibanding perempuan. Perbandingannnya adalah 30 persen berbanding 21 persen. Sementara untuk kekerasan seksual, perempuan lebih unggul. Angkanya 14 persen berbanding 6 persen.

Dampak dari kekerasan yang dialami semasa kecil sangat signifikan. Seperempat lebih responden mengaku pernah mencoba untuk bunuh diri. 17 persennya mengalami depresi, dan 11 persen mendaku mengalami ketergantungan terhadap obat terlarang dan alkohol.

“Dalam perspekstif kesehatan, data ini mungkin berfungsi untuk mengurani kesehatan mental pada generasi yang akan datang. Sekaligus sebagai referensi upaya pencegahan,” ujar Afifi. Terlepas dari pernyataan Afifi, para penulis lain mengatakan sangat penting untuk meningkatkan kesadaran perihal kekerasan anak, sehingga upaya pencegahan segera diterapkan. (The Canadian Press)